CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Optimistis, Sejumlah Fintech Lending Yakin Mulai Raih Untung di Tahun 2022


Senin, 04 Juli 2022 / 06:28 WIB
 Optimistis, Sejumlah Fintech Lending Yakin Mulai Raih Untung di Tahun 2022
ILUSTRASI. Sejumlah perusahaan Fintech mulai optimistis cetak untung di tahun 2022


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah pemain fintech P2P lending di tanah air mulai optimistis dapat meraih kinerja ciamik di tahun ini. Bahkan, di antara para pemain awal di industri fintech yakin bisa meraup untung pada tahun 2022.

Optimisme tersebut diungkapkan Investree. Asal tahu saja, hingga tahun 2021, Investree masih cetak rugi sebesar Rp 27,8 miliar. Sebab, beban biaya yang digelontorkan oleh perusahaan memang cukup besar senilai Rp 158,4 miliar.

Chief Finance Officer Investree, Liliana Susanti Bambang mengatakan, wajar bagi sebuah startup untuk melewati fase yang masih membutuhkan biaya operasional cukup signifikan. Ia optimis tahun ini bisa untung karena sudah melewati fase tersebut.

“Investasi yang sudah dilakukan perusahaan dengan mendorong model bisnis lewat ekosistem sejak tahun 2020 sudah menunjukkan hasil dan dalam rute yang tepat untuk mencetak untung usaha,” ujar Liliana kepada KONTAN, belum lama ini.

Baca Juga: Dukung Perkembangan Anak Usaha, Sejumlah Bank Siap Menyuntikkan Modal

Selain berfokus meningkatkan profit perusahaan, Liliana bilang pihaknya akan selalu mengedepankan upaya-upaya menghadirkan produk dan layanan inovatif. Menurutnya, bisnis yang baik adalah bisnis yang mampu berjalan secara berkualitas dan juga berkelanjutan. 

CEO Investree Adrian Gunadi pun menambahkan bahwa Investree mengandalkan model bisnis yang didorong oleh ekosistem untuk mendorong jumlah pendapatan. Sehingga, bisa menjangkau segmen konsumen yang lebih luas mulai dari pengusaha mikro hingga pengusaha dengan skala bisnis menengah. 

“Operasional perusahaan harus dapat dijalankan seefisien mungkin, mengurangi biaya-biaya operasional yang tidak diperlukan dan memaksimalkan kerja sama ekosistem, agar pendapatan yang diperoleh perusahaan lebih maksimal,” ujarnya.

Sebagai informasi, salah satu pengembangan ekosistem dalam bisnis Investree ialah dengan membeli 10,9% saham dari PT Bank Amar Indonesia Tbk (Bank Amar). Tujuannya jelas untuk menciptakan lintas kolaborasi yang kohesif antara fintech dan perbankan serta menjangkau calon debitur/UMKM di kota-kota yang menjadi bagian dari jaringan Amar Bank. 

“Akuisisi ini akan semakin meningkatkan ekosistem solid milik Investree, yang memungkinkan peningkatan potensi strategis untuk memberdayakan UMKM di seluruh negeri,” ujar Adrian.

Tak hanya Investree, fintech lending Modalku pun juga masih dibayangi kerugian pada 2021. Periode tersebut, Modalku mencatat rugi sebesar Rp 28,1 miliar akibat beban operasional yang mencapai Rp 68,5 miliar.

CEO Modalku Reynold Wijaya pun bilang bahwa hal tersebut merupakan bagian dari pengembangan fundamental dan bisnis. Ia menyebutkan sampai saat ini pihaknya masih terus melakukan pengembangan dengan melalui inovasi dan mengembangkan produk layanan.

“Agar bisa memberikan akses pendanaan dan menjangkau lebih banyak UMKM yang berpotensi,” ujar Reynold.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×