Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Keseriusan Bank BRI untuk meningkatkan skala usaha para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam berbisnis dibuktikan dengan membangun Rumah BUMN pada tahun 2017. Rumah BUMN ini dijadikan lokasik inkubator bisnis skala UMKM yang dikelola oleh Bank BRI.
Saat ini Rumah BUMN Jakarta sudah menggaet sekitar 3.500 UMKM untuk menjadi mitra Binaan BRI. Awalnya pada tahun 2017 Rumah BUMN BRI ini berlokasi di Tanabang, namun sejak Desember 2021 berpindah ke Slipi Jakarta Barat.
Syarat menjadi mitra binaan Rumah BUMN yang dikelola Bank BRI hanya perlu membuka tabungan. Dengan pembukaan rekening pelaku usaha tersebut sudah bisa mengikuti pelatihan manajerial, kreatifitas, sampai keuangan dengan gratis setiap pekan.
Agung Nugraha Fasilitator Rumah BUMN Jakarta mengatakan, saat ini ada sekitar 3.500 UMKM yang menjadi mitra binaan, tetapi hanya sekitar 500 UMKM di sekitar Jabodetabek yang aktif mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Rumah BUMN setiap pekan.
"Kita selalu mengadakan pelatihan untuk UMKM, kita fokus utamanya buat meningkatkan soft skill UMKM," kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (8/10).
Dia mengatakan, bahwa ciri khas dari Rumah BUMN Jakarta adalah mengadakan pelatihan dengan cara praktek langsung di lokasi. "Tidak hanya teori saja. UMKM langsung praktek. Kita mengarahkan itu lebih ke digital agar mereka bisa ikuti perkembangan," ungkap dia.
Agung mengatakan, bukan saja praktek itu saja, Rumah BUMN itu memberikan literasi tentang manajemen keuangan, branding, copy writting, belajar desain sederhana. Lalu, level lanjutan SEO, Instagram Ads, Facebook Ads. "Secara rutin kegiatannya. Tetapi semua pelaku usaha membutuhkan pelatihan itu," terang Agung.
Ia menjelaskan, saat ini Rumah BUMN itu dikelola oleh dua pegawai Bank BRI sehingga memang untuk mengelola 3.500 UMKM itu tidak mudah. Makanya, secara alamiah memang terseleksi yang aktif hanya sekitar 500 UMKM. "Kami melakukan monitoring dalam skala usaha mereka lewat aplikasi skoring UMKM," ujar Agung.
Dia menjelaskan bahwa di dalam apliaksi itu terdapat survei dengan tujuan mengevaluasi usaha mereka. Nanti, akan ada grafik berdasarkan survei omzet, SDM, budaya kerja, peduli lingkungan, dll. "Kami memantau realtime dari apliaksi skala usaha UMKM itu," ujar dia.
Agung mencotohkan aplikasi tersebut akan memantau proses UMKM tersebut setelah mengikuti pelatihan di Rumah BUMN. Apakah, skala bisnis UMKM tersebut meningkat atau malah menurun.
ia menjelaskan, ada beberapa tingkatan untuk kelas UMKM. Pertama yang terendah adalah tradisional, tradisional utama, tradisional teladan, berkembang utama, berkembang teladan, modern utama, dan modern teladan. Kemudian ada juga 12 aspek yang menjadi parameter.
Yakni, manajemen SDM, rantai pasok, pemahaman industri dan pasar, kepedualian lingkungan dan sosial, legalitas dan kepatuhan, keuangan, operasional, inovasi, kepemimpinan, pola pikir, cara pandang, dan skala usaha. "Tujuannya itu untuk UMKM, supaya mereka mengevaluasi sendiri," kata dia.
Agung menjelaskan, belum terlalu rutin dalam melakukan mentoring kepada para UMKM. "Tantangan UMKM itu pola pikir itu penting. Mereka dapat satu tawaran masuk ke modern market. Modern market itu susah masuk. Ketika modern market itu merevisi kemasan, UMKM itu menolak," urai dia.
Alasan bahwa mereka menolak karena UMKM tersebut sudah membuat ratusan kemasan untuk produknya, sementara ketika masuk modern market harus diganti.
"Tetapi ada juga yang mengikuti perubahan kemasan. Ada mitra binaan kami masuk Lotte dan Transmart dan dia punya lima atau sepuluh kemasan berbeda untuk memenuhi keinginan modern market itu," ujar dia.
Seperti diketahui, penyaluran kredit ke segmen mikro termasuk UMi masih mendominasi penyaluran kredit, yakni sebesar Rp 483,89 triliun atau tumbuh 12,98% yoy di tahun 2021. Kemudian, disusul oleh segmen kecil dan menengah Rp 240,35 triliun atau tumbuh 3,55% yoy. Sisanya, segmen korporasi sebesar Rp 168,27 triliun atau tumbuh 2,37% yoy.
Terakhir, segmen konsumer tercatat sebesar Rp 150,35 triliun atau tumbuh 3,97% yoy. Dus, total kredit dan pembiayaan BRI secara konsolidasi tercatat menembus Rp 1.042,87 triliun atau tumbuh 7,16% year-on-year (yoy). Porsi kredit UMKM BRI telah mencapai 83,86% atau setara Rp 874,60 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News