kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pembiayaan macet masih bayangi bank syariah


Rabu, 21 Desember 2016 / 11:08 WIB
Pembiayaan macet masih bayangi bank syariah


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Industri perbankan syariah terus membenahi kredit bermasalah. Kendati mulai membaik, tren pembiayaan bermasalah bakal bergantung kondisi ekonomi Indonesia di tahun depan.

Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terakhir, rasio pembiayaan bermasalah atawa non performing finance (NPF) tercatat sebesar 4,3% per September 2016. Angka tersebut turun tipis ketimbang posisi Agustus 2016 yang mencapai level 4,94%.

Direktur Utama PT BNI Syariah Imam Teguh Saptono menilai, tren NPF bakal kembali menanjak di akhir 2016 dan awal 2017. "Ada kecenderungan naik. Ini merupakan imbas dari akun yang terestrukturisasi," kata Imam, Selasa (20/12).

Menurut Imam, beberapa sektor yang masih akan menjadi penyumbang NPF tinggi antara lain pertanian, perkebunan dan kehutanan, pertambangan, industri pengolahan, listrik, air dan gas.

Di akhir tahun ini, BNI Syariah memperkirakan rasio NPF di kisaran 3%. "Untuk 2017, kami jaga maksimal NPF 3%," jelas Imam.

Sementara itu, Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih mengatakan, pembiayaan bermasalah hingga awal tahun 2017 tidak akan berubah banyak. "Kalau pembiayaan tinggi, kemungkinan NPF ikut tinggi. Tapi di 2016 ini pertumbuhan kredit masih single digit," kata John.

BCA Syariah percaya diri memasang target rasio NPF di bawah 1%. Adapun NPF BCA Syariah per November 2016 masih di kisaran 0,46%.

Bank syariah terbesar di Indonesia PT Bank Syariah Mandiri (BSM) memperkirakan, tren pergerakan NPF masih bergantung pada kondisi makro ekonomi tahun 2017. Khususnya faktor harga minyak, sawit dan batubara.

Menurut Direktur Wholesale Banking BSM Kusman Yandi, jika harga komoditas belum pulih di tahun depan, maka dampaknya masih akan terasa bagi industri perbankan syariah, termasuk BSM. Agar rasio NPF terjaga, BSM akan lebih dahulu melakukan upaya restrukturisasi pembiayaan. "Dengan begitu persentase NPF bisa ditekan," tutur Kusman.

Lebih lanjut, BSM optimistis bisa menjaga rasio NPF di level 5% di tahun 2017. Adapun per kuartal III 2016, anak usaha PT Bank Mandiri Tbk ini mencatatkan rasio pembiayaan bermasalah sebesar 5,43% atau melewati batas aman regulator yang ditetapkan maksimal 5%.

BSM tetap fokus mempertahankan kualitas pembiayaan sektor industri, seperti industri perkebunan sawit, industri pengolahan, konstruksi atau infrastruktur, pendidikan, kesehatan, multifinance, konsumer dan mikro untuk mengendalikan NPF.

Sebagai informasi, sektor listrik, gas dan air memang menjadi penyumbang rasio NPF tertinggi di industri perbankan syariah yaitu sebesar 9,41%. Meski begitu, angka tersebut menurun ketimbang Agustus 2016 sebesar 14,6%. Sektor pertambangan juga menyumbang NPF perbankan syariah dengan rasio sebesar 8,34% per September 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×