Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan saham bank, terutama bank-bank besar, masih terjadi. Padahal, kinerja bank tersebut juga sudah semakin membaik menjelang akhir tahun ini.
Adapun, penurunan tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh langkah investor asing yang melakukan penjualan saham bank tersebut. Setidaknya, terlihat dalam sebulan terakhir.
Ambil contoh, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tercatat net foreign sell selama sebulan terakhir mencapai Rp 7,27 triliun. Ini menjadi yang tertinggi di antara bank besar lainnya.
Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga mencatat net foreign sell sebesar Rp 1,23 triliun selama sebulan terakhir. Di periode yang sama, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatat net foreign sell sebesar Rp 595 miliar.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Emiten yang Diprediksi Bakal Ekspansif di 2025
Tak terkecuali, satu-satunya bank besar yang bukan pelat merah, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang juga memiliki net foreign sell sebesar Rp 1,29 triliun.
Berdasarkan informasi yang beredar di pasar, langkah investor asing yang keluar dari saham-saham perbankan salah satunya dikarenakan rencana pemerintah untuk membentuk Danantara. Di mana, bank-bank besar pelat merah akan berpindah dari kementerian BUMN ke lembaga baru tersebut.
Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta bilang memang saat ini ada penantian dari investor terkait realisasi Danantara tersebut. Oleh karenanya ada sikap kehati-hatian terutama dari investor asing.
“Mereka lebih bersikap prudent,” ujar Nafan, Minggu (15/12).
Meski demikian, Nafan mengungkapkan bahwa Danantara ini sejatinya dipercaya justru memperkuat bisnis perbankan. Sebab, lembaga tersebut juga punya kepentingan untuk memperbesar portofolio yang dimiliki.
Di sisi lain, ia melihat penurunan saham perbankan saat ini sifatnya akan lebih terbatas. Sebab, beberapa pekan depan, bank sentral baik itu Bank Indonesia maupun The Fed ada kemungkinan menurunkan suku bunga acuannya.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengungkapkan bahwa sentimen Danantara hanya berdampak sedikit terhadap keluarnya investor asing. Menurutnya, ada alasan lain yang membuat investor asing keluar.
“Jadi lebih kepada sentimen dan volatility dari global dan dari dalam negeri aja sih sebetulnya, terutama pas Donald Trump menang,” ujar Nico.
Baca Juga: Menteri Investasi Sebut Tak Ada Hambatan Peluncuran BP Investasi Danantara
Sama halnya dengan Nafan, Nico melihat penurunan saham bank sudah lebih terbatas. Sebab, menurutnya, di akhir-akhir tahun seperti ini, investor selalu melakukan rebalancing.
Proyeksinya, saham-saham perbankan akan kembali mengalami kenaikan pada pekan depan. Terlebih, jika Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga acuannya pada pekan depan.
“Jadi bank-bank besar seperti KBMI 4 ini sebenarnya ada peluang naik untuk jangka panjang,” ujarnya.
Head of Investment Nawasena Abhipraya Investama Kiswoyo Adi Joe bilang sebenernya tidak perlu dikhawatirkan dengan langkah investor asing ketika terlihat luar. Sebab, ia melihat itu hanya langkah investor dalam melakukan trading.
Di sisi lain, ia juga menilai adanya lembaga Danantara juga tak akan berpengaruh pada prospek bisnis bank BUMN. Kiswoyo menilai bank-bank ini juga masih akan mencatat kinerja bagus.
“Kan kalau Danantara pun juga masih butuh dividen,” ujarnya.
Sementara itu, Kiswoyo menilai industri perbankan di tanah air masih menguntungkan. Alhasil, berinvestasi di saham-saham perbankan bisa menjadi pilihan.
“Kan banyak investor asing yang juga buka bank di Indonesia,” tandasnya.
Selanjutnya: Kemensos Salurkan Bansos Anak Yatim Piatu dan Kurang Mampu Lewat PosInd
Menarik Dibaca: Daerah Ini Alami Hujan Petir, Simak Prakiraan Cuaca Besok (16/12) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News