Reporter: Arsy Ani Sucianingsih, Galvan Yudistira | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Perusahaan penyedia jaringan mesin anjungan tunai mandiri (ATM) swasta siap menghadapi rencana konsolidasi mesin ATM bank milik pemerintah. Tahun ini, perusahaan switching ATM swasta berhasrat memperluas jaringan agar pangsa pasar tak tergerus.
Coba tengok rencana bisnis ATM Prima alias PT Rintis Sejahtera. Perusahaan switching milik Bank Central Asia (BCA) ini menargetkan bisa menggaet lima bank anggota baru sampai akhir 2016.
Terbaru, ATM Prima mewujudkan ekspansi dengan menggaet Bank ICBC Indonesia, Selasa (22/3). Menurut Direktur Pemasaran PT Rintis Sejahtera Suryono Hidayat, empat dari bank anggota baru yang segera menjadi klien ATM Prima diantaranya Bank Aceh, Bank BTPN Syariah, Bank Panin, dan MNC Bank.
Dus, masuknya ICBC Indonesia membuat total bank anggota jaringan ATM Prima menjadi sebanyak 60 bank per Maret 2016. “Tambahan lima bank itu memperkuat jaringan ATM Prima yang saat ini sudah mempunyai 90.000 mesin ATM,” ujar Suryono, Selasa, (22/3).
Tak cuma itu, ATM Prima berencana ekspansi jaringan ke beberapa negara ASEAN seperti ke Singapura dan Malaysia.
Senada, Direktur Utama PT Daya Network Lestari Eric Gunawan mengatakan, pihaknya tengah menggodok strategi integrasi ATM mirip konsolidasi ATM bank BUMN.
“Mudah-mudahan tahun ini bisa integrasi,” jelas Eric. Catatan saja, aksi korporasi terakhir pemilik jaringan ATM bermerek ALTO itu berlangsung pada November 2013.
Kala itu, ALTO berkongsi dengan Seven Bank Ltd. Ini adalah perusahaan penyedia jasa jaringan ATM asal Jepang. Seven Bank dan ALTO sepakat mendirikan joint venture perusahaan switching bernama PT ATM Service Indonesia yang memiliki modal awal sebesar Rp 10 miliar.
Sayangnya, usaha patungan yang 70% sahamnya dikuasai Seven Bank itu masih tak kunjung beroperasi.
Konsolidasi BUMN
Wajar saja jika perusahaan switching swasta ketar-ketir. Maklumlah, andai proses konsolidasi jaringan ATM Himpunan Bank Milik Negara (Himbara ) berjalan lancar, jaringan ATM milik Bank BUMN ini otomatis langsung menguasai bisnis switching. Gambaran saja, total mesin ATM dari empat bank BUMN mencapai 52.137 mesin.
Ketua Himbara Asmawi Syam menargetkan, ada 800 ATM yang memulai bergabung di bawah jaringan ATM Himbara di tahun ini. Pasca konsolidasi, ATM Himbara akan menguasai lebih dari 50% transaksi sistem pembayaran di Tanah Air.
Kementerian BUMN menginginkan, perusahaan switching Himbara akan berada di bawah entitas induk (investment holding) perbankan yakni Danareksa. Selanjutnya, perusahaan switching didorong melakukan penawaran saham perdana (IPO) untuk memuluskan rencana sebagai prinsipal lokal.
Konsolidasi ATM Bank BUMN diperkirakan menghemat biaya pengelolaan ATM senilai total Rp 6,8 triliun per tahun. Saat ini, Himbara telah menunjuk konsultan untuk proses akuisisi perusahaan switching sebagai cikal bakal perusahan switching Himbara.
Himbara dikabarkan tertarik untuk mengakuisisi PT Artajasa, pemilik jaringan ATM Bersama. Alasannya, Artajasa mempunyai 80 bank anggota dan sebanyak 75% transaksi Artajasa dilakukan bank anggota Himbara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News