Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja investasi BPJS Ketenagakerjaan masih menjadi sorotan. Beberapa saham yang dikoleksi BPJS mencatatkan kinerja negatif seiring turunnya indeks harga saham gabungan (IHSG) saat pandemi.
Direktur Pengembang Investasi BPJS Ketenagakerjaan, Edwin Ridwan, menyebut, masalah investasi BPJS sebagai floating loss (rugi mengambang) yang berasal dari saham dan reksadana sekitar Rp 23 triliun. Namun nilai itu masih berpotensi naik atau turun berdasarkan pergerakan indeks saham.
"Artinya memang ada tahun-tahun, investasi itu akan mengalami posisi negatif atau floating loss, tapi sekali lagi floating loss di investasi saham itu sesuatu yang wajar dan berlangsung hanya 1 tahun - 2 tahun apalagi kondisi Covid seperti ini," kata kata Edwin, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR, Selasa (30/3).
Terlebih, investasi ke saham tidak bisa dilihat beberapa tahun karena bersifat jangka panjang yaitu 10 tahun - 15 tahun. Jika melihat studi, ia menyebut investasi saham secara return akan lebih tinggi dibandingkan aset-aset lainnya.
Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan akan investasi ke SWF
Dengan kondisi saat ini, ia memperkirakan outlook kinerja saham belum kondusif hingga dua tahun ke depan. Sehingga BPJS berencana akan mengurangi alokasi yang ditempatkan pada saham maupun reksadana.
Selain itu, BPJS akan melakukan take profit ke saham-saham yang mencatatkan untung. Jika momennya tepat, ia akan melakukan averaging down atau membeli saham tambahan dari investasi yang diinisiasi sebelumnya setelah harga turun.
"Beli lagi saham-saham kami, supaya harga perolehannya turun. Sehingga pada saat dia naik, kita bisa lepas dalam kondisi untung," jelasnya.
Namun rencana itu terkendala oleh pedoman investasi. Mengingat, ada batasan minimal kepemilikan BPJS pada masing - masing saham yang terdaftar di bursa efek. Maksimal itu 5% dari saham yang beredar.
Sebagai lembaga besar, investasi BPJS ke istrumen saham sudah mendekati 5% sehingga untuk melakukan averaging down bukan perkara mudah. Tentunya, ke depan perlu ada penyempuanaan dan peninjauan pedoman investasi.
"Supaya bisa mengakomodir kebutuhan kami sebagai manajemen baru untuk bisa mengatasi yang ada sekarang," tambahnya.
Melalui strategi tersebut, lembaga ini membidik imbal hasil lebih baik di masing-masing portofolio yaitu deposito 6%, obligasi 7,8%, reksadana 1,2%, properti 4,4% dan penyertaan langsung 1,1%.
Selanjutnya: Kemenaker tengah evaluasi relaksasi iuran BPJS Ketenagakerjaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News