Reporter: Fransiska Firlana | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Sistem Informasi Debitur atawa SID bukan barang asing bagi pelaku industri multifinance. Hanya saja, SID saat ini belum sesuai dengan sistem operasional kebanyakan perusahaan pembiayaan. Tak heran kalau pengguna SID dari multifinance masih sedikit.
Hingga Februari kemarin, baru ada 10 perusahaan pembiayaan yang menjadi peserta SID, padahalnya anggota Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) ada 143 perusahaan.
Ketua APPI Wiwie Kurnia bilang, SID yang dikembangkan saat ini berasal dari Bank Indonesia dengan platform pelaku marketnya adalah bank. "Kami berharap SID itu nanti bisa sesuai kebutuhan multifinance. Nah saat ini kami bekerjasama dengan Perbanas dan AAJI untuk membuat SID yang lebih applicable sehingga bisa mengakomodasi kebutuhan pelanggan. Bisa diakses lebih cepat," ujarnya, Selasa (22/6).
Wiwie mencontohkan, di Amerika, pengaksesan SID ini tidak hanya dilakukan oleh perusahaan akan tetapi tingkat dealer pun bisa mengakses SID. Selain Amerika, negara seperti Jepang, Australia, dan Malaysia perkembangan SIDnya juga sangat baik. "Harapan kami ke depan demikian. Memang ada ketakutan akan pencurian data nasabah bila sistem ini berjalan, namun kebutuhan akan SID ini lebih besar ketimbang ketakutan yang ada," cetus Wiwie.
Wiwie menambahkan, SID yang semakin baik dan sesuai kebutuhan bisa menekan kredit macet atau NPL cukup besar. Saat ini NPL multifinance sebesar 1,9%, "Kalau SIDnya sudah baik maka bisa tertekan separuh. Saya yakin NPL tidak akan sampai di bawah 1%," papar Wiwie.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News