Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Roy Franedya
JAKARTA. Bank Permata masih mengandalkan divisi wealth management guna menggaet dana masyarakat. Tahun ini, bank patungan Astra Internasional dan Standard Chartered ini menargetkan bisnis wealth management tumbuh 20% - 25% dibanding tahun lalu.
Bianto Surodjo, Senior Vice President Head, Retail Liabilities, WN and E-Channel Bank Permata, mengatakan kebijakan ini berdasarkan tingginya pertumbuhan kelas menengah dan stabilnya ekonomi Indonesia. Hal ini menyebabkan nasabah-nasabah tajir rajin mengendapkan dana mereka dalam bentuk simpanan, investasi dan asuransi.
Hingga kuartal I-2013, divisi wealth management Permata mengelola dana antara Rp 40 triliun - Rp 45 triliun. Dana ini berasal dari 35.000 nasabah prioritas Permata. Agar bisa menjadi kelas nasabah tajir ini, minimal memiliki simpanan Rp 500 juta. Sebanyak 20% dana kelolaan wealth management Permata disimpan ke reksadana, asuransi dan Obligasi Ritel Indonesia (ORI). Sisanya, dalam bentuk simpanan dan deposito.
Nah, demi menarik nasabah kaya, Permata akan meningkatkan kerjasama dengan perusahaan asset management. Salah satunya, dengan Danareksa Investment Management untuk memasarkan reksadana Mawar Konsumer 10. Dari kerjasama ini Permata berharap mampu menjual Rp 250 miliar - Rp 500 miliar dalam 12 bulan ke depan.
Reksadana ini akan ditawarkan kepada nasabah ritel ataupun korporasi dengan dua skema pembelian. Yakni, minimal pembelian Rp 10 juta ataupun pembelian melalui tabungan minimal Rp 250.000 per bulan. "Nasabah kaya kami kebanyakan berasal dari Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan Makassar," ujar Bianto.
BNI juga tidak mau kalah. Bank pelat merah ini menargetkan dana kelolaan wealth management Rp 50 triliun pada akhir tahun ini atau tumbuh 35% ketimbang tahun lalu.
BNI optimistis, target tersebut bisa tercapai karena berkaca pada pencapaian tahun lalu dimana dana kelolaannya juga tumbuh 35%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada produk asuransi premium dan investasi, masing-masing melonjak di 200% dan 300%.
Sayang, kontribusi produk ini terhadap pendapatan berbasis komisi atau fee income BNI masih terbilang kecil. Sebab, produk yang ditawarkan ke nasabah masih produk dasar, seperti tabungan, deposito dan sukuk. "Tahun lalu fee income BNI mencapai Rp 1,2 triliun, kontribusi wealth management hanya 2%. Tahun ini kontribusinya akan kami naikkan," ujar Direktur Konsumer dan Ritel BNI, Darmadi Sutanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News