kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Potensi besar, bank BUMN genjot bisnis kantor cabang luar negeri


Senin, 08 Juli 2019 / 09:59 WIB
Potensi besar, bank BUMN genjot bisnis kantor cabang luar negeri


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi bisnis perbankan di luar negeri yang masih menjanjikan membuat sejumlah bank pelat merah menggenjot bisnis di kantor cabang luar negeri. Bahkan, ada pula bank yang mulai melirik bank asing untuk diakuisisi.

Kantor cabang luar negeri PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) misalnya, mampu mencatatkan kinerja yang cukup bagus. "Hingga Mei 2019, cabang luar negeri kami telah menyalurkan kredit senilai US$ 734 juta yang ditopang dari segmen korporasi,” kata Sekretaris Perusahaan BRI Bambang Tri Baroto kepada Kontan.co.id.

Hingga akhir tahun BRI berharap pertumbuhan kredit dari kantor cabang luar negeri bisa mencapai 74,63% (yoy).

Lantaran kinerjanya yang cukup bagus, tahun depan BRI berniat untuk membuka satu cabang baru di Taiwan dan meningkatkan status kantor unit layanan di Hong Kong menjadi kantor cabang.

Direktur Jaringan dan Layanan BRI Osbal Saragih menambahkan, strategi ini dilakukan untuk memacu transaksi remitansi dari pekerja migran Indonesia di Taiwan dan Hong Kong. 

Maklum, bisnis remitansi BRI juga tumbuh signifikan.

Hingga Mei 2019, BRI telah mencatatkan nominal remitansi Rp 12,79 triliun dengan volume mencapai 3,13 juta transaksi. Nominal tersebut tumbuh 13,9% (yoy), sedangkan volume transaksinya tumbuh 22,3% (yoy).

“Kami akan menangkap peluang di luar negeri dari remitansi, dari pekerja migran Indonesia. Seperti di Hongkong, Malaysia, Korea, Taiwan ini mesti dibuka. Pekerja migran di sana sangat banyak. Dua hal yang kita inginkan dari mereka, pertama dapat fee based income, kemudian dari pengendapan saldo, menjadi CASA (Current Account Saving Account),” paparnya kepada Kontan.co.id belum lama ini.

Bank pelat merah lain, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga mencatatkan hasil yang sama baiknya. Pertumbuhan kredit oleh cabang luar negeri bank berlogo 46 ini bahkan mencapai 30% (yoy).

“Total asset Kantor Cabang Luar Negeri (KCLN) tumbuh 13,5 % (yoy) pada Juni 2019, ditopang oleh pertumbuhan kredit sebesar 30% (yoy) yang didominasi pada segmen manufaktur dan trading,” kata Direktur Tresuri & Internasional BNI Rico Rizal Budidarmo.

Ia menambahkan, untuk pengembangan bisnis remitansi di luar negeri, BNI akan semakin meningkatkan kerjasama dengan bank maupun perusahaan remitansi terutama yang berbasis digital.

Sementara strategi berbeda akan dilakukan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Bank berlogo pita emas ini berniat mengakuisisi bank di Filipina, dan Vietnam tahun depan.

“Sebelumnya memang ada rencana demikian, tapi karena NPL masih tinggi tidak jadi. Sekarang mulai akhir tahun hingga tahun depan kami akan menjelajahi lagi, mencari potensi,” kata Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo pekan lalu di DPR.

Bank Mandiri membidik bank berukuran menengah kecil (mid to small) untuk dikembangkan perseroan kelak. Langkah ini menurut pria yang akrab disapa Tiko lebih efisien dibandingkan membangun cabang luar negeri dari nol.

Sedangkan Filipina dan Vietnam dipilih lantaran dari hitung-hitungan Bank Mandiri, dua negara tersebut punya potensi besar. Ditambah persaingan yang longgar dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya macam Singapura dan Malaysia.

“Segmen bank yang kami bidik akan fokus di ritel, khususnya untuk konsumer dan mikro. Dua negara tersebut potensinya besar tapi segmen tersebut belum tergarap dengan baik, sehingga kami bisa bawa keahlian kami di sana,” jelasnya.

Untuk langkah awal, Bank Mandiri akan memulai kembali negosiasi dengan dua bank di Filipina yang sebelumnya gagal pada 2017. Sedangkan untuk di Vietnam, Tiko mengaku Bank Mandiri belum memiliki calon bank yang akan diakuisisi. Ia menyebut Bank Mandiri belum memperkirakan berapa dana akuisisi yang dibutuhkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×