Reporter: Riendy Astria | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Satu demi satu, manajemen perusahaan sekuritas mulai membuka suara dan bercerita tentang dampak penerapan Rekening Dana Investor/Nasabah (RDI/RDN). Menurut mereka, pemisahan itu mengurangi nilai transaksi saham sehingga pendapatan fee transaksi berkurang.
Meskipun banyak nasabah mereka terkena suspensi, selama ini, manajemen perusahaan sekuritas mengaku transaksi perdagangan berjalan normal. Memang, penurunan nilai transaksi tidak terjadi di seluruh sekuritas.
Beberapa sekuritas mengaku tidak ada masalah. "Namun, biasanya, sekuritas yang memiliki banyak nasabah akan berpengaruh," kata Johanes Soetikno, Direktur Pelaksana Valbury Asia Securities, akhir pekan lalu. Valbury Asia yang memiliki 12.000 nasabah ritel turut terkena dampak sistem baru itu. Soalnya, dari 5.000-6.000 nasabah aktif, baru 80% nasabah yang memiliki RDI.
Biasanya, transaksi setiap bulan bisa mencapai Rp 3 triliun. “Sekarang nilai transaksi rata-rata berkurang sekitar 25%," ujar Johanes. Penurunan transaksi di hari pertama penerapan RDI 1 Februari 2012 lalu mencapai 50%.
Wientoro Prasetyo, Presiden Direktur PT Lautandhana Securindo mengaku, penerapan RDI mengurangi nilai transaksi hingga 20% per hari. Pasalnya, dari 3.500 nasabah Lautandhana, baru 50 yang sudah memiliki RDI.
Tentu saja, ini mengancam target pendapatan fee brokerage tahun 2012. Sayang, Wientoro enggan menjelaskan nilai target itu. Ia hanya bilang, rata-rata transaksi harian tahun 2011 mencapai Rp 120 miliar dan target tahun ini sebesar Rp 150 miliar per hari.
Berdasar data Bursa Efek Indonesia (BEI), Lautandhana memang mengandalkan kegiatan perdagangan efek dalam bisnisnya. Komisi perantara perdagangan efek per kuartal III-2011 mencapai Rp 31,7 miliar, atau 56,37% dari total pendapatan. Di Valbury lebih besar lagi, nilai fee brokerage pada periode itu Rp 37,94 miliar atau 96% dari total penghasilan usaha.
Menambah modal
Kini, manajemen LautanDhana terus mendorong para nasabahnya agar segera membuat RDI. "Kami terus menghubungi nasabah, termasuk juga mengirimkan surat pemberitahuan," terang Wientoro.
Sementara Valbury siap menambah modal. Kini mereka memiliki modal disetor sebesar Rp 70 miliar. "Kami akan menambah 100% dari modal awal," tandas Johanes.
Penambahan modal itu untuk meningkatkan Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) yang sekarang Rp 91,8 miliar. Nantinya, perusahaan ini tidak lagi mengandalkan kegiatan brokerage sebagai mata pencaharian. Manajemen Valbury ingin memperkuat sektor bisnis penjamin emisi.
Valbury tercatat ikut menjamin penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) sebanyak 17 perusahaan. Namun, semua itu berlangsung lewat skema sindikasi.
Tahun ini, Valbury sudah mendapatkan tiga perusahaan yang ingin IPO. Ketiga perusahaan itu bergerak di sektor transportasi, alat berat, dan produk konsumsi dengan nilai Rp 1,2 triliun-Rp 1,5 triliun. “Kali ini, kami sendirian," kata Johanes. Selain itu, Valbury juga sedang memproses IPO empat perusahaan lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News