Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Sejumlah saham emiten perbankan melemah menjelang pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada hari ini, Rabu (18/6).
Berdasarkan data RTI, saham bank-bank berkapitalisasi besar seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), hingga PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) kompak melemah pada penghujung sesi pertama perdagangan siang ini.
Harga BBCA susut 150 poin atau 1,65% ke level Rp 8.925 per saham. Adapun pada pembukaan perdagangan hari ini, sahamnya dibuka di level Rp 8.950 per saham.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 7.112,2 di Akhir Sesi Pertama, PGEO, AMMN, INKP Jadi Top Losers LQ45
Lebih lanjut, BBRI turun 1,01% atau 40 poin ke level 3.920. Pada pembukaan perdagangan sahamnya dibuka di level Rp 3.950. Harga saham bank pelat merah berikutnya yakni BMRI terpantau berada pada level Rp5.050, susut 50 poin atau 0,98%. BMRI dibuka di level Rp 5.075 pada pembukaan perdagangan hari ini.
Sementara itu, saham BBNI juga terjun 50 poin atau 1,15% ke level Rp4.310 per saham pada sesi pertama perdagangan hari ini. BBNI dibuka di level Rp 4.350 pada perdagangan hari ini.
Bank Indonesia (BI) diproyeksikan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,5% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2025.
Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan risiko global dan ketidakpastian ekonomi yang masih ada, meski tingkat inflasi domestik menunjukkan kecenderungan rendah.
Myrdal Gunarto, Global Markets Economist Maybank Indonesia memproyeksikan, BI akan tetap menjaga suku bunga pada level yang sama.
“Kalau saya lihat sih, kemungkinan BI masih akan tetap jaga suku bunga ya, di level 5,5% pada hari Rabu nanti,” ujar Myrdal kepada Kontan.co.id.
Keputusan tersebut diambil berdasarkan beberapa risiko global yang semakin mengingat, seperti konflik antara Iran dan Israel yang memicu lonjakan harga minyak dunia.
“Karena menimbang faktor terkait dengan risiko global yang meningkat, baik itu dari risiko terkait dengan perang Iran dan Israel yang bikin harga minyak mendidih,” kata Myrdal.
Di sisi lain, ketidakpastian yang masih membayangi perdagangan internasional dinilai tidak mendukung kebijakan BI untuk memangkas suku bunga.
“Lalu juga perkembangan dari trade war atau perang dagang yang masih penuh dengan ketidakpastian ya. Dan ini tidak sportif bagi BI katanya untuk melakukan kebijakan penurunan suku bunga ya,” jelas Myrdal.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 7.138 di Pagi Ini (18/6), AMMN, KLBF, UNVR Jadi Top Losers LQ45
Walaupun inflasi domestik sudah relatif rendah, yaitu kisaran 1,6% pada bulan Mei lalu, Myrdal menjelaskan bahwa BI lebih memilih untuk tetap pada suku bunga acuan saat ini.
“Ini inflasi kita rendah 1,6% periode bulan Mei lalu,” ucap Myrdal.
Myrdal menekankan bahwa penurunan suku bunga baru akan dipertimbangkan jika risiko global mereda dan inflasi domestik tetap stabil.
“Kalau misalkan kondisi globalnya kurang kondisi terus. Kemungkinan mereka akan menahan untuk tetap menjaga suku bunga di level 5,5% hingga beberapa periode ke depan,” kata Myrdal.
Selanjutnya: Bos Surya Semesta Internusa Borong 7,74 Juta Saham SSIA
Menarik Dibaca: Cacar Api Sering Terjadi, Halodoc Gencarkan Edukasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News