kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sedikit melambat, BCA perkirakan pertumbuhan kreditnya tahun ini sekitar 9%-10%


Jumat, 11 Oktober 2019 / 16:40 WIB
Sedikit melambat, BCA perkirakan pertumbuhan kreditnya tahun ini sekitar 9%-10%
ILUSTRASI. Costumer Service melayani nasabah Bank BCA Tangerang Selatan, Senin (1/7).


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengakui bahwa pertumbuhan kredit perbankan di tahun 2019 mulai lesu. 

Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan perlambatan tersebut hampir terjadi di seluruh sektor yang disebabkan oleh kondisi ekonomi secara global yang fluktuatif.

"Perbankan secara industri kreditnya agak melemah dari tahun lalu, menurut saya tahun ini harus lebih konservatif untuk pertumbuhan kredit. Paling tidak realistis," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Jumat (11/10).

Kendati demikian, bila merujuk laporan keuangan bulan Agustus 2019, realisasi kredit BCA masih cukup deras. Tercatat total kredit BCA masih tumbuh 12% secara yoy dari Rp 502,76 triliun menjadi Rp 563,12 triliun.

Baca Juga: Setelah 11 Tahun, Akhirnya Manajemen BBCA Akan Mempertimbangkan Stock Split Saham

Bank bersandi saham BBCA ini menyatakan bahwa sampai akhir tahun kemungkinan besar kredit akan tumbuh di kisaran maksimal 9%-10%. 

Menurut BCA, masih ada beberapa peluang kredit yang bisa ditangkap salah satunya kredit sindikasi terutama proyek besar. Antara lain pada sektor infrastruktur jalan tol, transportasi maupun pembangkit listrik.

Nah, pertumbuhan kredit bank yang kian melesu ini menurut Jahja juga bisa berdampak pada peningkatan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). 

Namun, Jahja menegaskan BCA masih dalam kondisi aman dengan posisi NPL ada di level 1,4%. "Bisa saja pengaruh ke NPL, tapi kami masih aman, namun di industri pastinya ada," lanjutnya.

Sementara itu, dari sisi likuiditas, Jahja bilang likuiditas BCA masih cukup longgar dengan rasio loan to deposit ratio (LDR) terjaga di bawah 80% hingga kuartal III 2019. 

Posisi ini menurutnya jauh di bawah rata-rata industri yang LDR-nya mencapai 96%.

Alih-alih untuk menopang bisnis perusahaan, BCA juga akan mengandalkan kontribusi anak usaha. Salah satunya yakni perusahaan pembiayaan seperti BCA Multifinance dan BCA Finance. 

Ia menjelaskan, BCA Multifinance bisa masuk ke pembiayaan menengah ke bawah yang sulit digarap oleh induk.

"Kami mau multifinance tidak hanya menggarap pembiayaan motor (kendaraan bermotor) saja, tapi ke pembiayaan lainnya yang tidak terlayani di BCA. Kami harap BCA Multifinance bisa masuk," terangnya. 

Salah satu segmen kredit yang dipastikan bakal digarap oleh BCA Multifinance ke depan yakni kredit multiguna.

Bukan tanpa sebab, menurutnya anak usaha pembiayaan BCA punya andil cukup besar dalam mencetak laba perusahaan secara konsolidasi. Khusus multifinance, Jahja menyebut kontribusinya sudah sebesar 2,5% terhadap total laba yang diperkirakan mencapai Rp 26 triliun secara konsolidasi.

Baca Juga: Walau melambat, kredit konsumer masih bisa tumbuh

Bukan cuma itu, BCA melalui anak usaha modal ventura yakni Central Capital Ventura (CCV) juga diarahkan untuk merambah ke pembiayaan berbasis teknologi finansial (tekfin). Hanya saja, pihaknya menyebut upaya tersebut masih dalam tahap uji coba dan belum banyak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

"Kami juga tidak boleh investasi terlalu besar di sana (tekfin), struktur modalnya masih tidak terlampau besar," tegas Jahja.

Sebagai tambahan informasi saja, BCA memiliki delapan anak usaha yang bergerak di industri jasa keuangan. Antara lain BCA Finance, BCA Multifinance, BCA Syariah, BCA Sekuritas, BCA Insurance, BCA Life, CCV dan BCA Finance Ltd.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×