Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - Bumi semakin panas. Penyebab hal ini tak lain adalah perubahan iklim akibat kenaikan emisi gas rumah kaca, yang membuat panas di bumi tertahan lebih lama di bawah atmosfer.
Perubahan iklim tak hanya menyebabkan bumi semakin panas, tetapi juga bencana lainnya. Kekeringan, banjir, gagal panen, hingga penularan penyakit yang lebih cepat.
Bak lingkaran setan, manusia beradaptasi terhadap perubahan iklim ini dengan teknologi dan transportasi yang lebih cepat, dan lebih banyak menghasilkan emisi karbon.
Bantuan kepada bumi bisa dimulai dengan menanam pohon. Pada proses fotosintesis, pohon menyerap karbon, melepas oksigen, dan membuat hawa lebih sejuk.
Memang, menanam pohon tidak mudah. Perlu lahan, kesabaran, serta anggaran untuk air dan pupuk untuk merawat pohon. Apalagi, bagi warga yang tinggal di padat hunian dengan keterbatasan lahan. Aktivitas menanam pohon jadi nomor sekian untuk menjaga bumi dari perubahan iklim.
Namun, menanam pohon kini tak lagi sulit. Ini yang dirasakan Ana Perwitasari, seorang karyawati swasta (36), nasabah Bank Mandiri.
Selama ini, Ana membentengi diri dari panasnya ibu kota dengan teknologi dan transportasi full AC. Tanpa dia sadari, aktivitas hariannya turut menyumbang emisi gas rumah kaca.
Sekarang dia bisa menghitung emisi dari kesehariannya lewat superapp Livin’ by Bank Mandiri. Bahkan, bisa turut menanam pohon untuk membantu penyerapan karbon.
“Caranya gampang,” kata dia. Di halaman depan aplikasi, dia klik Livin’ Sukha dan masuk ke fitur Livin’ Planet. Di sini, Ana bisa melihat sumber-sumber emisi gas rumah kaca pribadi. Ada kalkulator penghitungnya pula.
Inovasi digital dari Bank Mandiri ini memungkinkan nasabah memahami jejak karbon pribadi yang dihasilkan sehari-hari melalui aspek jarak tempuh, konsumsi bahan bakar, dan faktor emisi.
Dalam setiap harinya, Ana menggunakan mobil pribadi untuk menempuh jarak sekitar 50 kilometer dari rumah-kantor-rumah. Ponsel hidup sekitar 8 jam per hari. Dia juga memiliki smart tv yang dinyalakan sekitar 6 jam perhari. Laptop untuk kebutuhan kerja sekitar 8 jam. Sedangkan AC di kamarnya mengembus dalam waktu sekitar 8 jam saban harinya.
Dengan kalkulator Livin’ Planet, kegiatan sehari Ana menghasilkan jejak karbon 6,07 kilogram karbon dioksida ekuivalen (Kg CO2e). Jika disetarakan, perlu 0,16 pohon untuk menyerap emisi karbon tersebut. Ana bisa membayar sejumlah Rp 30.500 untuk membeli pohon tersebut.
Bank Mandiri menyediakan pilihan bagi Ana untuk menanam pohon. Ada pohon alpukat dan pohon Aren.
Kedua pohon ini memiliki kemampuan menyerap karbon cukup baik. Satu pohon alpukat dapat menyerap hingga 37,4 kilogram ekuivalen karbon (kg CO2e). Sedangkan satu pohon aren menyerap hingga 140,3 kg CO2e.
Menurut Ana, program Livin’ Planet ini sangat diperlukan saat ini. Penggunaannya mudah dan praktis untuk menanamkan kesadaran menjaga lingkungan. Hanya saja, dia tidak menyangka, jika dirupiahkan, nilai yang diperlukan untuk menyerap karbon cukup besar.
“Perlu sosialisasi lebih luas lagi agar lebih banyak orang yang menyadari besarnya dampak emisi yang dikeluarkan,” kata dia.
Untuk mengurangi emisi hariannya, Ana mulai mengurangi boros penggunaan teknologi, membawa tumbler minum sendiri, mengurangi penggunaan plastik, serta lebih sering menggunakan angkutan umum.
Senior Vice President ESG Group Head Bank Mandiri Citra Amelya Pane dalam rilis resminya mengatakan, pohon alpukat dan aren yang ditanam diproyeksikan dapat menyerap sekitar 8.200 kg CO2e dalam jangka waktu 8 tahun, memperluas ruang hijau yang berpengaruh positif pada kualitas udara, serta mengurangi risiko perubahan iklim.
“Selain bermanfaat untuk penyerapan karbon, pohon produktif seperti alpukat dan aren juga dapat memberikan manfaat ekonomi untuk warga desa setempat," ujar Citra. Dengan begini, nasabah Bank Mandiri bukan hanya berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan iklim namun juga mendorong pemberdayaan masyarakat lokal.
Tenang saja, nasabah dapat turut memantau perkembangan program penanaman pohon yang akan dilakukan hingga 3 tahun ke depan.
Pilar Keberlanjutan Bank Mandiri
Livin’ Planet yang terintegrasi dalam Livin’ Sukha merupakan salah satu program Bank Mandiri untuk menjalani bisnis yang peduli dengan lingkungan (environmental), sosial (social), dan tata kelola (governance) atau ESG. Bank Mandiri ingin menggamit perhatian dari 29,3 juta pengguna aplikasi Livin’.
Inisiatif Bank Mandiri mengajak nasabah ikut menjaga lingkungan merupakan komitmen Bank Mandiri untuk mewujudkan visi menjadi Indonesia’s Sustainability Champion. “Sesuai dengan tiga pilar ESG perusahaan, kegiatan ini sejalan dengan pilar Sustainability Beyond Banking,” ujar Citra.
Bank Mandiri memiliki tiga pilar ESG: Sustainability Banking, Sustainability Operation, Sustainability Beyond Banking. Ketiga pilar ini menjadi pegangan Bank Mandiri menjalankan perannya sebagai perbankan dalam mendorong transisi Indonesia menuju ekonomi rendah karbon. Bukan hanya mengajak nasabah, Bank Mandiri mengupayakan pengurangan emisi dari hulu ke hilir.
Targetnya, mencapai Net Zero Emissions kegiatan operasional Bank pada 2030 dan pembiayaan pada 2060 atau lebih cepat, dan mengaktualisasi berbagai pertumbuhan dengan dampak sosial untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Yuk, lihat lebih dalam aksi keberlanjutan Bank Mandiri.
Lewat pilar Sustainability Banking, Bank Mandiri menghadirkan produk dan layanan perbankan ramah lingkungan. Misalnya, menyalurkan pembiayaan keuangan keberlanjutan untuk energi baru terbarukan (EBT) dan pembiayaan transportasi ramah lingkungan. Di segmen ritel, ada kredit kendaraan bermotor (KKB) listrik, program kartu kredit, dan kredit serbaguna mikro untuk pemasangan solar panel. Untuk sumber pendanaannya, Bank Mandiri merilis obligasi hijau atau green bond.
Hingga 2024, Portofolio Berkelanjutan Bank Mandiri tercatat mencapai Rp 293 triliun.
Dari jumlah tersebut, Portofolio Hijau mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 15,2% year on year mencapai Rp 149 triliun, mencerminkan komitmen perseroan dalam mendukung pembiayaan berkelanjutan.
Salah satunya lewat kontribusi pada sektor EBT, yang hingga akhir tahun 2024 telah mencapai Rp 11,8 triliun atau naik 21%. Pembiayaan di sektor ini terus didorong melalui berbagai skema, termasuk Sustainability-Linked Loan dan Green Loan yang ditujukan untuk proyek-proyek berkelanjutan.
Lalu dari pilar Sustainability Operation, Bank Mandiri mendorong penerapan operasional yang ramah lingkungan melalui pengelolaan gedung yang hemat energi listrik dan air tanah, pemasangan panel surya, dan penambahan luas lahan hijau.
Ambil contoh, gedung kantor pusat, Menara Mandiri Jakarta dan Wisma Mandiri sudah memiliki sistem daur ulang air dengan reverse osmosis yang dapat mengolah air limbah menjadi air dengan baku mutu standar yang sesuai, sehingga dapat digunakan untuk penyiraman tanaman dan chiller pada sistem pendingin udara.
Platform Kopra dan aplikasi Livin’ juga membantu untuk mengurangi mobilitas fisik nasabah ke bank, sehingga mengurangi emisi dari mobilitas. Di pilar ini, Bank Mandiri pun mengupayakan kesetaraan kesempatan kerja bagi wanita dan generasi milenial.
Berdasarkan penghitungan Bank Mandiri selama lima tahun, jumlah emisi GRK secara keseluruhan mengalami penurunan dari 358.753,56 tCO2e pada 2019 menjadi 295.713,18 tCO2e di 2023 atau turun sebesar 17,6%. Sebagai catatan, 2019 merupakan tahun dasar (baseline) berjalannya penghitungan emisi.
Pada pilar ketiga, yaitu Sustainability Beyond Banking, Bank Mandiri memperluas komitmen terhadap keberlanjutan dengan melakukan penajaman kegiatan di luar bisnis inti dalam aspek sosial untuk meningkatkan skala ekonomi masyarakat. Misalnya dengan inklusi keuangan, tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL), serta fitur penghitungan karbon pribadi Livin' Planet.
Nah, agar ketiga pilar tersebut terlaksana dengan baik, maka Bank Mandiri mendukung penguatan inisiatif dengan tata kelola perusahaan yang baik (good governance). Antara lain dengan mengembangkan kapasitas serta pengungkapan untuk memastikan praktik keberlanjutan berjalan efektif mencapai tujuan Sustainability Champion for a Better Future.
Skor ESG
Keyakinan Bank Mandiri mengajak nasabah untuk berkontribusi bukan tanpa alasan. Sebagai negara dengan kekayaan alam, Indonesia memiliki posisi paling strategis dalam menjaga keseimbangan karbon global. Indonesia memiliki hutan tropis terbesar ketiga di dunia dan ekosistem mangrove terluas yang mencakup lebih dari 3,36 juta hektare atau sekitar 20% dari total luas mangrove dunia.
Lahan gambut yang luas dan keanekaragaman hayati yang besar turut menjadikan Indonesia rumah bagi nature-based solutions (NBS) terbesar kedua di dunia, dengan potensi menyerap 1,5 giga ton (Gt) CO₂ per tahun. Wajar kalau Indonesia menjadi pusat perhatian global dalam upaya penurunan emisi.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menilai, Indonesia memiliki kemampuan untuk mengurangi emisi karbon dunia secara signifikan.
Sejak tahun 2022, Bank Mandiri juga mendirikan unit ESG di bawah Wakil direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar. Unit ini memastikan implementasi ESG ke dalam bisnis dan operasional.
Penerapan ESG Bank Mandiri terlihat bukan hanya ditujukan untuk lingkungan dan sosial, tetapi juga nilai ekonomi perusahaan, sehingga bisa memberi manfaat bagi semua pemangku kepentingan. Terlihat, hingga akhir tahun 2024, Bank Mandiri kembali membukukan rekor laba bersihnya, yaitu Rp 55,8 triliun pada akhir tahun 2024, naik 1,3% dibanding tahun 2023.
Dengan upaya mengintegrasikan ESG dari hulu bisnis hingga hilir, wajar skor ESG Bank Mandiri pun terus membaik.
Mengutip perating global Morningstar Sustainalytics yang bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI), risiko bisnis Bank Mandiri terhadap ESG rendah, terlihat dari skor 17,52 pada Januari 2025.
Menurut Sustainalytics, dengan skor 10-20, bisnis perusahaan bisa dianggap memiliki risiko ESG yang rendah (low). Bank Mandiri juga memiliki skor paling baik di antara bank Tanah Air lainnya.
Sustainalytics melakukan penilaian risiko ESG dari eksposur dan manajemen. Eksposur merupakan risiko material ESG yang dihadapi oleh perusahaan. Sedangkan manajemen merupakan tindakan nyata perusahaan dalam menangani isu ESG melalui berbagai kebijakan dan program kerja perusahaan.
Saham Bank Mandiri, BMRI juga konsisten berada di indeks terkait ESG dan keberlanjutan di Bursa, yaitu di indeks Sri-Kehati, ESGQKEHATI, ESGSKehati, dan IDXESGL. Dengan begitu, saham BMRI patut dipertimbangkan oleh investor yang mencari saham dengan kinerja baik, likuid, dan menerapkan ESG secara serius dalam bisnisnya.
Selanjutnya: Vivo V40 5G: Daftar Harga di Februari 2025 dan Spesifikasinya
Menarik Dibaca: Apa Makanan yang Paling Cepat Turunkan Gula Darah? Berikut 15 Pilihannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News