Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menyongsong tahun 2024, sejumlah bank sudah mulai menyusun Rencana Bisnis Bank (RBB) yang akan menjadi panduan untuk menjalankan lokomotif bisnis pada tahun depan.
Berdasarkan pengamatan dan analisis dari para pakar ekonomi serta proyeksi Bank Indonesia, industri perbankan masih optimistis melanjutkan pertumbuhan kinerja yang positif pada tahun 2024. Apalagi dengan adanya potensi penurunan suku bunga acuan yang diyakini akan terjadi pada semester kedua tahun 2024.
Setidaknya Bank Indonesia memproyeksikan kredit perbankan akan tumbuh di kisaran 10%-12%.
Salah satu bank yang menunjukkan optimismenya adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Baca Juga: BRI Targetkan Laba Bersih Rp 60 Triliun di 2024, Ini Kisi-Kisi Rencana Bisnisnya
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan dalam menyusun RBB, salah satu aspek yang penting adalah mencermati outlook makro ekonomi, dimana sebelum melakukan estimasi pertumbuhan indikator, terlebih dahulu mempertimbangkan berbagai aspek makro ekonomi dan geopolitik global.
"Kami dapat sampaikan, kami tetap memiliki gesture untuk tetap tumbuh di atas industri, sehingga market share bank mandiri akan terus meningkat," kata Sigit belum lama ini.
Lebih lanjut Sigit mengatakan pihaknya akan meneruskan strategi bisnis yang telah dijalankan di Bank Mandiri selama beberapa tahun terakhir, salah satunya melalui pendekatan value chain berbasis ekosistem.
Bank Mandiri juga akan berupaya mendorong inisiatif digital yang progresif terutama untuk memperkuat basis himpunan dana murah atau Current Account Saving Account (CASA). Pasalnya pertumbuhan dana murah telah menjadi lokomotif bagi Bank Mandiri untuk memacu pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di era suku bunga tinggi.
Menurut Sigit, ke depannya kompetisi likuiditas bank akan kian mengetat, untuk itu memacu dana murah menjadi salah satu jalan keluar untuk mempertahankan cost of fund di level yang rendah.
Adapun terkait rasio kredit bermasalah (NPL), Bank Mandiri memproyeksikan pada 2024 rasio NPL akan stabil di kisaran 1% hingga 1,3% dengan asumsi pertumbuhan kredit yang sama seperti tahun 2023 yakni di kisaran 10%-12% YoY.
Melalui aplikasi digitalnya yakni Kopra by Mandiri untuk nasabah wholesale atau korporasi, Sigit meyakini dana nasabah akan berputar di bank mandiri dalam bentu transaksi giro yang tentu bunganya lebih murah. Begitu juga dengan aplikasi Livin' by Mandiri yang diperuntukkan untuk nasabah ritel atau individu, yang akan terus mengalami perputaran dari dana nasabah.
Di sisi kredit, Bank Mandiri juga akan berhati-hati untuk memberikan pinjaman kepada sektor-sektor yang memiliki sensivitas dengan ketidakpastian global dan geopolitik yang berkembang saat ini.
"Kami mencermati bunga acuan dari BI pada 2024 akan melandai ke 5,5% dari yang sekarang 6%, jadi itu nanti akan mendukung pertumbuhan bisnis di berbagai industri sektor, juga akan meningkatkan permintaan kredit, karena nanti ekspansi dari bisnis-bisnis akan lebih terlihat dengan turunnya suku bunga acuan," kata dia.
Sementara itu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga optimistis untuk menyongsong tahun depan. Direktur Human Capital & Compliance Mucharom mengatakan pihaknya akan tetap disiplin untuk melakukan transformasi bisnis dan culture untuk terus tumbuh berkualitas dalam waktu panjang.
BNI menargetkan segmen kredit dapat tumbuh sekitar 10% pada tahun 2024.
"Kami memperkirakan tahun depan dapat lebih baik dari tahun ini, tahun depan kami memperkirakan di sekitar 10% atau sejalan dengan pertumbuhan industri," kata dia belum lama ini.
Mucharom menyebut segmen yang menjadi fokus pertumbuhan Perseroan ke depannya adalah segmen korporasi, khususnya perusahaan bluechip baik dari swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Meski begitu BNI juga akan terus mendorong segmen kredit di enterprise hingga kredit konsumer.
Baca Juga: Aksi Akuisisi dan Merger Sektor Keuangan Indonesia Lesu pada 2023
"Kami juga akan terus proaktif dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas digital untuk mendorong CASA berbasis transaksi sehingga Cost of Fund dapat terjaga efisien," kata dia.
Direktur Manajemen Risiko PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Agus Sudiarto mengatakan dengan memperhatikan ekonomi makro yang ada saat ini, pihaknya memproyeksikan tahun 2024 tidak akan lebih ringan dibandingkan dari tahun 2023.
"Maka guideline kami tidak akan bergeser agresif dari tahun ini untuk 2024, tentu harus tumbuh baik dari sisi kredit maupun bottom line-nya di tahun 2024, namun agresivitasnya tidak sebesar tahun 2023 ini," kata Agus.
Lebih rinci Agus menyebut fokus BRI di tahun 2024 salah satunya dalam penentuan kredit cost dan kualitas aset yang diupayakan lebih baik lagi dari saat ini.
"Credit cost akan lebih rendah dari 2,4%, serta rasio kredit bermasalah (NPL) di kisaran, 2,8%-2,9%," tegasnya.
Optimisme juga ditunjukkan Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Nixon L.P Napitupulu, dia menyebut tahun 2024 mendatang, pihaknya optimistis bisa mencapai pertumbuhan bisnis lebih baik lagi.
"Tren bunga pasti tahun depan semester 2 akan turun, dan Indonesia tetap membutuhkan rumah, belum lagi 12,7 juta penduduk belum punya rumah, dan sekitar 800.000 sampai 1 juta pasangan baru tiap tahun dan itu juga butuh rumah, jadi rumah adalah kebutuhan pokok yang akan selalu ada, kita sudah menaikkan strategi, tahun depan pasti naik," kata Nixon.
Nixon juga menyebut BTN akan mempertahankan pertumbuhan fee based income dan menargetkan rasio margin bunga bersih (NIM) sebesar 4%. Dengan meyakini suku bunga acuan akan turun, yang akan berdampak pada bank yang lebih efisien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News