kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Strategi bank hadapi risiko likuiditas ketat


Minggu, 01 Januari 2017 / 12:08 WIB
Strategi bank hadapi risiko likuiditas ketat


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksi tahun depan likuiditas perbankan sedikit mengetat. Hal ini terlihat dari kompilasi rancangan bisnis bank (RBB) pada 2017 yang diserahkan bankir ke OJK.

Berdasarkan RBB tahun depan, bankir memproyeksi rasio kredit terhadap simpanan (LDR) akan berada di angka 94,18% atau sedikit lebih ketat jika dibandingkan dengan proyeksi LDR akhir 2016 dari OJK sebesar 93,09%.

Nelson Tampubolon, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK mengatakan, dengan semakin gencarnya bank menerbitkan surat berharga bisa membantu mengatasi risiko likuiditas tahun depan.

Hal ini dimungkinkan dengan adanya formula baru perhitungan likuiditas oleh Bank Indonesia yaitu LFR (rasio kredit dibanding simpanan ditambah surat berharga).

“Diharapkan pertumbuhan simpanan masyarakat (DPK) tahun depan seimbang dengan pertumbuhan kredit,” ujar Nelson kepada KONTAN, Jumat (30/12).

Petinggi OJK yang lain menyebut melambatnya pertumbuhan simpanan di bank (DPK) disebabkan karena dua hal. Pertama adalah pertumbuhan surat utang baik pemerintah maupun korporasi yang lebih tinggi dari DPK.

Kedua adalah karena adanya uang masyarakat yang disedot pemerintah lewat obligasi dan tebusan pajak terkait tax amnesty, lambat untuk dibelanjakan lagi.

Untuk mengatasi, petinggi OJK yang tidak mau disebutkan namanya ini menyebut, bank BUMN maupun swasta harus lebih konservatif dalam menargetkan pertumbuhan kredit.

Selain itu, untuk mengatasi risiko likuditas ini bank harus mengupayakan pendanaan lain seperti menerbitkan subdebt (surat utang) dan obligasi. Solusi terakhir mengatasi risiko likuiditas tahun depan adalah dengan melakukan penambahan modal.

Menurut John Simon, Direktur Treasury & Capital Market CIMB Niaga, potensi risiko likuiditas pada tahun depan lebih disebabkan karena pembelian surat berharga oleh perbankan. Tahun depan, menurut John, LDR bank berkode BNGA ini akan dijaga di angka 90%.

Untuk mengatasi risiko likuiditas pada 2017 ini, secara internal bank sudah melakukan langkah antisipatif. “Seperti melakukan alternatif pendanaan seperti penerbitan bonds (surat berharga), NCD (negotiable certificate of deposit) dan produk terstruktur,” ujar John.

Adapun PT Bank Tabungan Negara Tbk mengatakan sudah mempunyai beberapa strategi untuk mengantisipasi risiko likuiditas pada tahun depan. Hal ini salah satunya dengan melakukan kerja sama dengan beberapa BUMN untuk menambah dana murah dan DPK.

"Tahun depan bank juga menjajaki pinjaman jangka panjang dalam bentuk obligasi," ujar Maryono, Direktur Utama BTN tanpa mau merinci lebih jauh rencana aksi korporasi tersebut.

Iman Nugroho Soeko Direktur Keuangan BTN memperkirakan tahun depan LDR bank akan berada diangka 102%. “Tahun depan diperkirakan pertumbuhan kredit masih seimbang dengan pertumbuhan DPK,” ujar Iman.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×