Reporter: Agustinus Respati | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dalam rapat dewan gubernur (RDG) sepakat untuk menurunkan suku bunga acuan dari 6% menjadi 5,75%. Langkah ini dimaksudkan untuk mendukung pertumbuhan perekonomian domestik di tengah stabilitas ekonomi Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama Bank Mayapada Haryono Tjahjarijadi mengatakan, penurunan suku bunga tidak serta merta harus diikuti oleh penurunan suku bunga dana dan kredit.
Pihaknya menilai perlu ada waktu untuk melihat seberapa responsif pasar. Ketika pasar cepat beradaptasi mungkin saja suku bunga dan dana akan turun, atau bisa juga tetap. “Kami kan di pasar, jadi tergantung pasar,”ucapnya saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (17/8).
Meskipun demikian, Haryono berharap turunnya suku bunga acuan dapat menjadi komponen yang bisa meningkatkan kepercayaan pasar. Dus, bisnis akan bergairah kembali dan perekonomian tumbuh. Ketika itu terjadi, kredit pasti juga akan tumbuh.
Haryono menilai transmisi ke suku bunga pasar perlu waktu. Hal itu juga tergantung pada pasar persaingan antar bank dalam membelah kue berupa dana masyarakat.
“Kami berharap suku bunga dana turun sehingga cost of funds turun. Dengan demikian, suku bunga kredit juga bisa turun,” katanya
Sedikit berbeda, Sekretaris Mayora Yuni Gunawan memaparkan bahwa dampak dari penurunan suku bunga acuan juga berdampak pada pertumbuhan kredit. Momen ini diprediksi akan dimanfaatkan oleh perbankan di semester II-2019. Pasalnya momen ini dapat meningkatkan kinerja bank pasca slow down di semester I-2019.
Saat ini besaran bunga kredit Bank Mayora ada di kisaran 11%-11,5%. Penurunan suku bunga acuan untuk bank Mayora memang belum begitu terasa. “Dampaknya belum terasa di triwulan III, mungkin baru terasa transmisi percepatan pertumbuhan kreditnya di triwulan III,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News