Reporter: Adhitya Himawan |
JAKARTA. Satu per satu perbankan tanah air merilis kinerja sepanjang kuartal III-2013. Hasilnya, tetap ciamik, meski bank sempat mengkhawatirkan maraton kenaikan BI rate akan melemahkan penyaluran kredit dan kinerja.
Lihat saja Bank Victoria International, yang membukukan laba tahun berjalan bersih sebesar Rp 218 miliar di ujung September lalu. "Angka ini lebih tinggi 61,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu," kata Eko Rahmansyah Gindo, Direktur Utama Bank Victoria, Kamis, (24/10).
Menurut catatan KONTAN, ini merupakan laju pertumbuhan laba terbesar bank sejauh ini. Kredit Bank Victoria juga melaju kencang 43% year on year menjadi Rp 10,3 triliun. Selain itu, margin bunga bank (NIM) yang naik menjadi 3,5% dari 3,01% ikut mengerek laba Bank Victoria.
Penyaluran kredit terbesar Bank Victoria mengalir ke korporasi, dengan porsi 30%. Sedangkan kredit multiguna 20%, kredit konsumer 7%, dan kredit usaha mikro kecil menengah 13%..
Meski sudah melaju, Bank Victoria masih akan menginjak gas. Bank ini masih menargetkan pertumbuhan kredit hingga 47,4%, menjadi
Rp 11,5 triliun tahun ini. Untuk memperluas pasar, Bank Victoria, yang memiliki 100 cabang di Jabodetabek, akan menambah cabang di Bandung dan Surabaya tahun ini. "Tahun depan, kami ekspansi ke Bali," kata Wakil Direktur Utama Bank Victoria, Anthony Soewandy.
Tahun ini, Bank Victoria masih akan mengandalkan simpanan mahal sebagai pendanaan. Deposito di akhir tahun nanti ditargetkan memiliki porsi hingga 85%. Barulah sisanya tabungan dan giro.
Namun, agar ongkos pendanaan tetap kompetitif, Bank Victoria tahun depan ingin mengurus pencarian dana lewat penerbitan saham baru (rights issue). "Langkah ini kami lakukan untuk ekspansi ke luar daerah," ujar Eko.
Bank OCBC NISP juga sedang mengamankan rights issue sebesar Rp 3,5 triliun, yang diharapkan rampung tahun ini. Dana ini untuk menjaga laju ekspansi bank. Hingga akhir kuartal III lalu, OCBC NISP membukukan kenaikan laba sebesar 28% menjadi
Rp 838 miliar. Kredit yang disalurkan mencapai Rp 61,19 triliun, tumbuh 21% year on year. Rinciannya, kredit modal kerja sebesar 42%, investasi 37% dan konsumer 21%.
Sedangkan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) sedang menyiapkan pendanaan dari pinjaman IFC dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation. "Saat ini pinjaman dana stand by kami sekitar US$ 200 juta," kata Arief Harris Tandjung, Direktur Keuangan BTPN.
Bank yang menyalurkan 68% portofolio kreditnya ke pensiunan ini, mengembangkan bisnis, salah satunya dengan inovasi branchless banking. Kredit terbesar kedua BTPN mengalir ke mikro, dengan pangsa hingga 22%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News