kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Tiga Bank Uji Coba Inovasi Skema Credit Scoring KUR, Ini Kriteria Debiturnya


Jumat, 25 Oktober 2024 / 09:10 WIB
Tiga Bank Uji Coba Inovasi Skema Credit Scoring KUR, Ini Kriteria Debiturnya
ILUSTRASI. Uji coba inovasi skema credit scoring KUR dengan melibatkan tiga bank penyalur KUR terbesar. KONTAN/Baihaki/3/10/2024


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) sedang mematangkan skema credit scoring untuk segmen Kredit Usaha Rakyat (KUR) di perbankan, yang bakal terlaksana mulai tahun 2025 mendatang.

Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop, Yulius mengatakan, pihaknya telah melaksanakan pilot project dengan menggunakan data debitur KUR dari berbagai bank umum untuk melihat efektivitas skema credit scoring ini.

Saat ini innovative skema credit scoring masih dalam tahap persiapan dan pembahasan untuk melakukan proses uji coba dengan melibatkan tiga bank penyalur KUR terbesar. 

Baca Juga: Subsidi Bunga KUR Akan Disunat, Cek Cara & Syarat Pengajuan KUR BRI 2024

Yulius menyebut, uji coba ini akan membutuhkan waktu 6 bulan untuk mendapatkan hasil yang optimal, serta melibatkan 72.000 nasabah dari tiga bank.

Selain Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang menjadi bank terbesar penyalur KUR, diperkirakan ada dua bank pelat merah lainnya yang melaksanakan proses tahap uji coba ini, yakni Bank Mandiri dan Bank Negara Indonesia (BNI). 

"Kami sudah lakukan (pilot project) menggunakan data debitur yang mengakses kredit produktif dari bank secara umum yang bersumber dari lembaga informasi biro kredit. Dimana hasilnya, terjadi penambahan 5% debitur yang disetujui dengan menggunakan Innovative Credit Scoring," ungkap Yulius kepada Kontan, Jumat (11/10).

Skema credit scoring ini merupakan alternatif persyaratan yang akan memudahkan masyarakat atau calon debitur untuk mengakses pembiayaan KUR di perbankan.

Pasalnya, selama ini para pelaku usaha dalam mengakses pinjaman biasanya harus memenuhi persyaratan dari bank, salah satunya menggunakan data histori kredit atau agunan yang disyaratkan bank. Namun tidak bisa dipungkiri mayoritas pelaku usaha segmen mikro di daerah banyak juga yang unbankable atau sama sekali belum pernah mengakses layanan pembiayaan perbankan.

Baca Juga: Penyaluran KUR Bakal Melalui Skema Credit Scoring

Alih-alih disulitkan soal syarat pembukuan dan agunan, innovative skema credit scoring KUR terbaru akan menilai dengan memformulasi dan mengkalkulasi beberapa variabel data utama, seperti data kependudukan dan data kredit perbankan, dan data alternatif seperti data telekomunikasi, data jaminan kesehatan, data pembayaran listrik, data transaksi e-commerce, data media sosial, dan lainnya. 

"Data-data tersebut diproses melalui algoritma AI dan Machine Learning yang kemudian menghasilkan skor kredit," ungkap Yulius.

Dalam rinciannya, Yulius menjelaskan credit score yang digunakan yakni score kredit menghasilkan nilai dari 1 sampai dengan 1.000, dengan penjelasan Nilai Scoring di atas > 700 adalah kategori risiko rendah.

Sementara nilai Scoring 600-700 adalah kategori risiko menengah, dan nilai Scoring di bawah < 600 adalah kategori risiko tinggi.

Agar calon debitur lolos dan disetujui kreditnya, biasanya bank menyetujui ketika memang calon debitur masuk ke kategori risiko rendah, yaitu nilai credit scoring > 700.

Di sisi lain, jika melihat potensi risiko dari dampak skema credit scoring ini, Yulius menyebut dalam pelaksanaan uji cobanya, tidak ada potensi debitur mengalami kenaikan kredit bermasalah di bank.

Baca Juga: Program KUR Hingga Sertifikasi UMKM Akan Berlanjut di Pemerintaan Prabowo

"Berdasarkan piloting kami, tidak berpengaruh terhadap NPL," terang Yulius.

Sementara itu, sebagai bank terbesar penyalur KUR, Bank Rakyat Indonesia (BRI) memberikan respons positif terhadap hasil skema credit scoring KUR ini.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, skema credit scoring ini sudah menjadi alat untuk menilai kemampuan calon debitur sehingga bank juga dapat menilai risiko dari pinjaman KUR debitur tersebut melalui transaksi keseharian yang dilakukannya. 

"Credit scoring sudah menjadi tools untuk meng-asessement risiko kredit dari dulu dan sudah menjadi praktek keseharian," ungkap Supari kepada Kontan, Kamis (10/10).

Adapun sampai Agustus 2024, BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp126,12 triliun kepada 2,6 juta debitur pelaku UMKM, atau setara dengan 76,44% dari total target penyaluran di tahun 2024 yang sebesar Rp165 triliun.

Sementara itu Corporate Secretary Bank Mandiri, Teuku Ali Usman mengatakan penerapan credit scoring ditujukan untuk mendorong penyaluran KUR yang lebih optimal.

Saat ini Bank Mandiri telah memiliki berbagai strategi untuk mendorong penyaluran kredit ke UMKM, seperti melakukan pemetaan atau segmentasi pasar calon debitur khususnya pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Termasuk melakukan pemetaan risiko dengan memeriksa profil usaha, kemampuan bisnis, dan kondisi keuangan calon debitur. 

"Dalam melakukan pemetaan tersebut, kami juga menerapkan kredit scoring yang mengacu pada risk appetite perseroan Hal ini dilakukan untuk meminimalkan risiko kredit yang mungkin timbul di kemudian hari," ungkap Ali kepada Kontan, Jumat (11/10).

Tak hanya itu, Bank Mandiri juga mengadakan program pelatihan dan pendampingan bagi UMKM, serta mengoptimalkan keberadaan jaringan Cabang dan Mandiri Agen, menyediakan layanan digital, dan kerjasama dengan nasabah/debitur wholesale untuk menyalurkan KUR kepada mitra binaan atau value chain-nya.

Bank Mandiri hingga akhir September 2024 telah menyalurkan KUR sebesar Rp 32,20 triliun kepada lebih dari 293 ribu pelaku usaha di seluruh Indonesia. Penyaluran KUR tersebut setara dengan 85,87% dari target KUR tahun 2024 Bank Mandiri. 

Jika melihat data Bank Indonesia, penyaluran kredit UMKM di perbankan tercatat mencapai Rp 1.474,14 triliun per Juli 2024, dari total tersebut, sebanyak 45% disalurkan ke segmen mikro sebesar Rp 668,34 triliun, naik 6,5% yoy dari periode tahun lalu Rp 627,73 triliun.

Adapun rasio NPL segmen kredit mikro berada di level 3,24% per Juli 2024, dari periode tahun lalu 2,70% per Juli 2023. Sementara secara umum, rasio NPL kredit UMKM berada di level 4,05% per Juli 2024, naik dari 3,98% per Juli 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×