kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Transaksi BI-Fast Sejumlah Bank Melesat, Apakah Biaya Investasi Sudah Tertutupi?


Senin, 29 Agustus 2022 / 19:15 WIB
Transaksi BI-Fast Sejumlah Bank Melesat, Apakah Biaya Investasi Sudah Tertutupi?
ILUSTRASI. BCA telah mengimplementasikan penambahan layanan transfer antar bank yakni BI Fast pada channel myBCA versi website.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi BI-Fast yang difasilitasi peserta meningkat pesat. Jumlah peserta BI Fast juga semakin bertambah. Jika pada Juni 2022 baru 52, maka per 29 Agustus sudah bertambah menjadi 77 peserta yang telah mewakili 85% dari pangsa sistem pembayaran ritel nasional. 

Pesatnya transaksi tersebut telah membuat bank-bank yang menjadi peserta gelombang pertama meraup pendapatan fee tinggi yang kemungkinan telah menutup biaya investasi yang digelontorkan untuk terhubung ke infrastruktur BI Fast. 

Untuk menjadi peserta BI-Fast, Bank Indonesia (BI)memberikan beberapa alternatif yakni melakukan investasi independen, sharing infrastruktur fisik, sharing multitenancy dengan pihak ketiga, dan lewat koneksi API gateway. 

BI  mencatat jumlah transaksi BI-Fast sampai dengan 6 Agustus 2022 telah mencapai 193,2 juta dengan nilai Rp 664,4 triliun. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah. 

Baca Juga: BTN Sebut Pendapatan Fee dari BI-Fast Sudah Menutup Biaya Investasi

Deputi Gubernur BI Doni P Joewono memperkirakan pada akhir 2022 jumlah transaksi BI Fast akan mencapai 700 juta transaksi seiring dengan penambahan kanal yang melayani transfer antarbank dengan BI-Fast. 

"Kami berharap dengan membuka semua kanal, termasuk ATM dan sebagainya, transaksi akan naik dari 190 juta menuju 600-700 juta sampai pada akhir tahun," ujarnya belum lama ini.

PT Bank Mandiri Tbk terus memfasilitasi transaksi BI Fast sebanyak sebanyak 118 Juta transaksi sepanjang tujuh bulan pertama tahun ini dengan nilai transaksi sebesar Rp 358 triliun. Tarif BI-Fast dikenakan sebesar maksimal Rp 2.500. BI membebankan biaya kepada peserta sebesar Rp 19, sedangkan sisanya Rp 2.481 akan menjadi pendapatan bank sebagai issuer/pengirim. 

Jika total transaksi dikalikan dengan biaya sebesar Rp 2.481 maka pendapatan fee yang diperoleh Bank Mandiri dari BI Fast telah mencapai Rp 292,7 miliar. 

Saat ditanya apakah fee tersebut sudah menutup biaya investasi Bank Mandiri untuk terhubung ke infrastruktur BI-Fast, SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi tidak menjawab secara gamblang. 

Ia hanya mengatakan bahwa investasi yang dilakukan Bank Mandiri dalam mengembangkan BI Fast merupakan investasi jangka panjang dalam mendukung program yang diinisiasi BI.

"Proses implementasi BI Fast dilakukan secara bertahap pada channel Bank Mandiri," katanya pada Kontan.co.id, Senin (29/8).

Thomas menambahkan, saat ini beberapa channel utama Bank Mandiri sudah mengimplementasikan BI Fast.  Transaksi BI Fast tersebut diharapkan akan terus meningkat seiring dengan implementasi fitur BI Fast di seluruh channel Bank Mandiri.

Baca Juga: Melesat 123,7%, Bank Permata (BNLI) Cetak Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Semester I

Sementara BCA sudah memproses transaksi BI Fast sebanyak 67 juta transaksi dengan nilai Rp 271 triliun hingga Juni 2022. Jika jumlah transaksi dikalikan dengan biaya transfer BI-Fast yang diterima peserta maka pendapatan fee yang diraup BCA dari transaksi BI-Fast mencapai sekitar Rp 266,2 miliar karena perseroan melakukan investasi independen. 

Namun, Santoso Liem Direktur BCA tidak menjawab apakah pendapatan yang diterima sudah menutup biaya investasi yang sudah dikeluarkan.  Ia hanya mengatakan, biaya connector sudah masuk dalam biaya pengembangan dan pemeliharaan sistem yang dicadangkan BCA setiap tahunnya.

Rata-rata transaksi BI Fast yang diproses PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) telah meningkat 50% setiap bulannya hingga bulan Juli 2022. Besarnya transaksi tersebut sudah menutup biaya investasi untuk sistem utama agar terhubung ke infrastruktur BI Fast.

"Dilihat dari sisi besaran investasi, fee yg diperoleh pada dasarnya kalau untuk sistem utama saja sudah bisa dikatakan tertutup," ungkap  Andi Nirwoto Direktur Operation, IT and Digital Banking BTN 

Andi menyebutkan total capex untuk investasi perangkat lunak dan perangkat keras yang menghubungkan sistem bank ke BI Fast yang digelontorkan BTN mencapai sekitar Rp 25 miliar - Rp 30 miliar.

BRI juga mencatatkan peningkatan signifikan. Jika pada bulan Februari 2022 transaksinya baru mencapai 120.000, pada Juni 2022 sudah mencapai 1,3 juta transaksi. Aestika Oryza Gunarto Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, rata-rata pertumbuhan sebesar 20% – 30% secara bulan ke bulan.

Aestika bilang, transaksi BI Fast berpotensi akan terus meningkat hal ini juga tercermin dari kenaikan rata-rata transaksi dari BI Fast per bulannya. Dengan biaya yang lebih murah, BRI  berharap layanan BI-Fast memberikan manfaat bagi nasabah dan mendorong yang sebelumnya tunai menjadi digital.

Biaya transfer Bi Fast kemungkinan masih berpotensi untuk diturunkan dari angka Rp 2.500 saat ini seiring dengan peningkatan jumlah transaksinya. Hal itu disampaikan oleh Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Filianingsih Hendarta.

"Semakin tingginya pertumbuhan transaksi BI-Fast maka akan memberikan potensi yang lebih besar untuk penurunan tarifnya. Hal ini tentunya dilakukan untuk memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat dan mendukung perkembangan ekosistem ekonomi keuangan digital yang inklusif," kata Fili pada Kontan.co.id, Senin (18/7).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×