kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aksi merger dan akuisisi bank kian marak


Rabu, 01 Mei 2013 / 09:57 WIB
Aksi merger dan akuisisi bank kian marak
ILUSTRASI. Nasabah memamfaatkan perangkat digital untuk pelayanan perbankan di kantor cabang Bank Mandiri Jakarta, Kanis (4/11). ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/0411/2021.


Reporter: Nina Dwiantika |

JAKARTA. Tahun ini, semakin banyak bank memilih tumbuh secara anorganik. Berdasarkan survei PwC Indonesia terhadap 82 bankir bank lokal dan bank asing, sebanyak 46% di antara mereka menyiapkan pertumbuhan anorganik. Sisanya, akan melakukan pertumbuhan organik, seperti penambahan modal, penyaluran kredit, tambah nasabah dan buka cabang baru.

"Pertumbuhan anorganik itu seperti melakukan merger atau akuisisi untuk memperbesar saham," jelas Jusuf Wibisana, Partner Assurance PwC Indonesia, Selasa (30/4).

Alasan bank mengejar pertumbuhan lewat jalur ini karena melihat ada kendala di tahun ini, seperti kurangnya sumber daya manusia. Sementara, kompetisi antarbank, mulai dari perolehan sumber dana hingga pemberian kredit, semakin ketat. Bank Indonesia (BI) juga menetapkan kewajiban penyaluran kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta mengatur kredit konsumsi.

Survei menyebutkan, jumlah peminat jalur anorganik ini lebih besar dibandingkan tahun lalu yang hanya 10%. Jusuf menambahkan, perbankan kini lebih leluasa merencanakan merger dan akuisisi, karena BI telah menerbitkan kejelasan aturan akuisisi bank.

Salah satunya aturan kepemilikan saham dan kepemilikan tunggal atau single presence policy (SPP). Di bawah prinsip ini, satu investor dimungkinkan memiliki dua bank sampai tiga bank.

Catatan saja, beberapa investor tengah melakukan rencana pencaplokan bank. Sebut saja, Harry Tanoesoedibjo, bos MNC Group yang akan mengakuisisi 30% saham Bank ICB Bumiputera melalui MNC Kapital.

Chairul Tanjung, Chairman CT Corp yang memiliki 99% Bank Mega, berniat mmemiliki Bank Sulawesi Utara (Sulut) setelah mengakuisisi 30% Bank Sulawesu Tengah (Sulteng). Selain itu, ada juga proses akuisisi Bank Danamon oleh DBS Group.

Direktur Utama Bank Danamon, Henry Hoe, belum dapat menyampaikan perkembangan proses akuisisi investor asal Singapura tersebut. Namun, ia menilai peluang di Indonesia masih luas, sehingga perbankan membutuhkan penguatan modal. Asal tahu saja, bank juga bisa memperkuat modal lewat suntikan investor baru, meminta tambahan modal dari pemegang saham lama maupun menerbitkan surat utang.

Pertumbuhan organik bank juga tetap tumbuh tahun ini. Porsi kredit untuk UKM sebesar 44%, konsumer 22%, kredit korporasi 19% dan kredit mikro 15%. Meski begitu, survei PwC ini menunjukkan, rasio margin bunga bersih (NIM) akan tumbuh stagnan, karena persaingan kredit murah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×