Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Suku bunga diprediksi bakal terus meningkat pada tahun ini. Hal ini utamanya didorong oleh naiknya suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI). Meski begitu, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyebut kenaikan suku bunga tak secara langsung memberi dampak pada naiknya risiko kredit perbankan (non performing loan/NPL).
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, utamanya kenaikan NPL lebih dipengaruhi oleh industri yang terpuruk. Bukan karena meningkatnya suku bunga terutama bunga kredit.
"Yang bikin NPL naik bukan karena kenaikan suku bunga, lebih karena pengaruh kalau industri ada yang terpuruk," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (25/6).
Jahja mencontohkan, pada tahun 2015 tren suku bunga kredit terbilang tinggi namun NPL masih dapat terjaga.
Hanya saja, pada tahun yang sama industri pertambangan secara makro mengalami keterpurukan alias harga komoditas yang menurun.
Selain bisnis perusahaan pertambangan menurun, hal ini juga berdampak pada menurunnya kualitas pada perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan produk pertambangan.
Dus, Jahja enggan beranggapan bahwa suku bunga menjadi faktor pendorong kenaikan NPL. Malah, bank swasta terbesar di Indonesia ini mengatakan kalaupun suku bunga secara industri naik 3% sampai 4%, NPL perbankan masih akan berada dalam kategori aman. "Kalaupun bunga naik sampai 3% atau 4%, NPL juga masih aman," ujarnya.
Sekadar informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan pada akhir Mei 2018 NPL perbankan terjaga di level 2,6% sampai 2,7%. Bila dibandingkan dengan akhir April 2018 jumlah ini cenderung membaik dari posisi 2,79%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
