kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kejar naik dobel digit, UOB pacu kredit korporasi


Selasa, 12 September 2017 / 13:52 WIB
Kejar naik dobel digit, UOB pacu kredit korporasi


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - PT Bank UOB Indonesia menargetkan pertumbuhan kredit sampai akhir 2017 bisa mencapai dua digit. Pertumbuhan kredit ini utamanya disumbang oleh sektor korporasi.

Iwan Satawidinata, Wakil Presiden Direktur UOB optimis pertumbuhan kredit pada semester 2 2017 bisa lebih baik dibandingkan paruh pertama.

"Kami melihat pada paruh kedua 2017 ini pertumbuan kredit sudah mulai membaik," kata Iwan ketika ditemui setelah acara UOB, Selasa (12/9).

Penyumbang pertumbuhan kredit semester 2 diperkirakan berasal dari sektor korporasi dan sindikasi terutama terkait proyek pemerintah. Selain proyek prioritas pemerintah, UOB juga memperkirakan proyek infrastruktur dari beberapa negara seperti China dan Jepang juga akan mendorong permintaan kredit korporasi.

Pada tahun depan menurut Iwan pertumbuhan kredit diproyeksi akan membaik dibandingkan 2016. Pada tahun depan menurut Iwan pertumbuhan kredit bisa mencapai 13%-15%.

Saat ini komposisi kredit UOB mayorutas terdiri dari segmen wholesale yaitu korporasi dan komersial. Sedangkan segmen ritel berkontribusi terbesar kedua. Sayang Iwan belum merinci lebih lanjut berapa detail komposisi kredit UOB ini.

Seiring pertumbuhan kredit ini, UOB juga akan menjaga NPL berada di rentang ketentuan regulator. Secara umum Iwan bilang dalam beberapa bulan belakangan ini NPL bank sudah melandai.

Berdasarkan laporan keuangan bulanan Juli 2017, pertumbuhan kredit UOB Indonesia sebesar 11,02% yoy menjadi Rp 67,1 triliun. Dari kredit ini bank mengalokasikan cadangan kredit macet sebesar Rp 1,3 triliun.

Seiring dengan pertumbuhan kredit yang cukup bagus ini, laba UOB Indonesia justru turun pada Juli 2017 sebesar 33,7% yoy menjadi Rp 228,1 miliar. Penurunan laba ini karena pendapatan bunga bersih tumbih tipis 1,09% yoy sedangkan biaya operasional selain bunga bersih juga naik 1,3% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×