kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan Suku Bunga Berpotensi Mengerek Bunga Simpanan Bank Digital Tahun Ini


Kamis, 25 April 2024 / 20:09 WIB
Kenaikan Suku Bunga Berpotensi Mengerek Bunga Simpanan Bank Digital Tahun Ini
ILUSTRASI. Kenaikan suku bunga acuan BI berpotensi bakal melambungkan bunga simpanan bank-bank digital. ANTARA FOTO/Reno Esnir/nym.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan Bank Indonesia mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,25% pada awal kuartal II-2024 nampaknya berpotensi bakal melambungkan bunga simpanan bank-bank digital. Padahal sebagaimana diketahui mayoritas bank digital sudah menawarkan bunga simpanan tinggi sebagai strategi menggaet dana nasabah lebih banyak.

Saat ini rata-rata bunga simpanan deposito bank digital berada di kisaran 5% sampai 6% per tahun. Bahkan baru-baru ini Superbank meluncurkan produk Celengan by Superbank yang menawarkan bunga sampai 10% per tahunnya. 

Ini lebih tinggi dari bunga deposito yang ditawarkan oleh PT Krom Bank Indonesia Tbk yang sebesar 8,75% per tahun.

Lainnya seperti Seabank dan Allo Bank menawarkan bunga deposito di kisaran 6% per tahun. Diikuti oleh Bank Jago, Jenius by BTPN, Bank Raya, Bank Saqu menawarkan bunga deposito 5% per tahunnya.

Baca Juga: BI Rate Naik, Bunga Deposito Siap Menyusul?

Melihat bunga simpanan yang tinggi tersebut, serta bunga acuan yang terus melambung tinggi, bukan tidak mungkin bank-bank digital bakal mengerek bunga simpanan berjangkanya di tahun 2024.

Hal ini disampaikan oleh Presiden Direktur Allo Bank Indra Utoyo, dia menilai kebijakan BI yang kembali menaikkan suku bunga acuan ke level 6,25% akan berdampak juga kepada bank digital

"Namun ini dampaknya tidak signifikan. Justru dampak terbesar pada segmen korporasi/wholesale dikarenakan lebih sensitif terhadap perubahan tingkat suku bunga acuan adapun langkah menaikan tingkat suku bunga mengikuti tingkat suku bunga acuan secara selektif," kata dia kepada Kontan, Kamis (25/4).

Lebih lanjut Indra menyebut untuk segmen ritel Allo Bank sendiri, kenaikan suu bunga acuan tersebut tidak terlalu sensitif, mengingat perseroan telah memiliki strategi antisipasi dengan mengandalkan produk Allo Grow yang memiliki karakteristik tabungan dengan imbal hasil setara penempatan deposito.

Di sisi lain naiknya suku bunga acuan, sudah tentu akan berdampak pada meningkatnya biaya dana atau cost of fund bank, terutama bank digital.

"Dampak pada cost of fund Allo Bank diperkirakan mengalami kenaikan namun tidak signifikan. Allo Bank akan tetap menjaga level cost of fund agar tidak melonjak seketika," kata dia.

Adapun pada periode tiga bulan pertama tahun 2024, Indra menyebut biaya dana Allo Bank justru cenderung mengalami penurunan. Hal ini mengingat strategi yang sudah berjalan, yakni dengan meluncurkan produk layanan digital seperti Allo Grow.

Baca Juga: Saham BBRI, BBCA, BMRI Loyo Pasca Kenaikan BI Rate, Simak Rekomendasi Analis Berikut

Di sisi lain sebagai salah satu bank digital yang ogah menawarkan bunga simpanan tinggi, Direktur Utama BCA Digital Lanny Budiati mengatakan pihaknya akan selalu mengikuti perkembangan ekonomi dalam negeri, termasuk keputusan BI terkait kenaikan suku bunga acuan ke level 6,25%. 

"Terkait hal tersebut, untuk saat ini kami melihat belum ada urgensi bagi BCA Digital untuk menaikan suku bunga simpanan. Adapun Cost of Fund kami saat ini terjaga dengan stabil," kata dia kepada Kontan.

Asal tahu saja, BCA Digital menawarkan bunga deposito sebesar 4% per tahunnya, yang mana besaran ini masuk kriteria simpanan yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dengan batas tingkat bunga penjamin yang ditentukan yakni 4,25%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×