Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para ekonom memproyeksikan era suku bunga tinggi masih akan berlanjut di tahun 2024 mendatang. Pasalnya Bank Indonesia diperkirakan masih akan menahan suku bunga acuan di level 6% dan jika pun turun, maka BI akan menurunkannya di kisaran 5,50% pada akhir tahun 2024.
Mencermati hal tersebut, para bankir mengatakan era suku bunga tinggi membuat peningkatan biaya dana atau cost of fund bank akan terus berlanjut di tahun depan.
Direktur Utama PT Bank BTPN Tbk (BTPN) Henoch Munandar berharap BI tidak akan menaikkan lagi suku bunga acuan di tahun 2024.
"Tahun ini cost of fund cukup terasa buat perbankan, tapi masih bisa diatasi dengan baik. Kita berharap kalau lihat para ekonom, seperti Pak Chatib Basri dan Kemenkeu, kita harap peningkatan suku bunga ini sudah capai titik (puncak) nya, kita harap Semester II-2024 sesuai prediksi, dimana Suku bunga akan menurun," kata dia kepada Kontan, Rabu (22/11).
Baca Juga: Soal Peluang Kenaikan Suku Bunga Acuan BI, Chatib Basri: Tergantung Bunga The Fed
Lebih lanjut Henoch menyebut industri perbankan saat ini berharap tidak ada adjustment ke depan, sehingga penyaluran kredit perbankan bisa lebih baik lagi di tahun 2023.
Adapun strategi perbankan termasuk BTPN, Henoch bilang pertumbuhan kredit tahun depan akan tergantung pada struktur pendanaan dari masing-masing bank.
"Bagi bank yang berhasil mengumpulkan dana murah,masih naik terbatas, tapi bagi bank yang masih menaikkan komposisi dana murahnya mungkin meningkatnya lebih tinggi dari peer bank lain," jelas Henoch.
Demi menjaga cost of fund agar tidak melonjak, BTPN akan menggenjot pendanaan yang bersumber dari dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) di tahun 2023. Hal ini juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kredit.
"Kita harap DPK bisa imbangi persentasenya (kredit), walaupun kami amati pertumbuhan kredit kami targetnya bisa capai dua digit, mudah-mudahan ini bisa diimbangi dengan DPK yang tumbuh juga dua digit. Jangan sampai DPK lebih lambat dari kredit," ungkap Henoch.
Pasalnya jika DPK tumbuh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan kredit maka bank akan mengalami penurunan likuiditas. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban pembayaran kepada nasabah dan pihak lainnya.
"Kalau ini terjadi, bank perlu menyikapi lebih lanjut," kata Henoch.
Baca Juga: Ini Tabungan Bebas Biaya yang Membebaskan Nasabah Pilih Reward
Senada, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) Lani Darmawan mengatakan jika cost of fund bank belum bisa turun di tahun 2023.
"Ya kami perkirakan cost of fund CIMB Niaga belum bisa turun tahun depan karena bunga DPK akan tetap tinggi," kata dia kepada Kontan, Rabu (22/11).
Meski Begitu, Lani menyebut pihaknya masih menargetkan pertumbuhan DPK dengan fokus mengejar sumber pendanaan dari segmen Current Account Saving Account (CASA).
"Masih kami kaji lagi untuk prospek besar pertumbuhannya tetapi bisa jadi di bawah 10%," kata dia.
Direktur Distribution & Funding PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Jasmin juga mengatakan sebagai respon dari suku bunga acuan yang naik, BTN sudah melakukan penyesuaian dengan menaikkan bunga deposito.
"BTN merespon dengan menaikkan suku bunga simpanan utamanya deposito di kisaran 5% sampai 5,50%. Jadi ini ada kenaikan cost of fund Di BTN sebagai dampak kenaikan suku bunga acuan BI," kata dia kepada Kontan, rabu (22/11).
Meski begitu, Jasmin menyebut BTN masih tetap menargetkan pertumbuhan DPK di tahun 2024 dengan mengejar sumber dana murah.
"Target DPK tahun 2024, tumbuh sekitar 11% YoY dan fokus BTN adalah bagaimana mengembangkan CASA dan transaksi retail maupun wholesale untuk mengejar dana murah dan pendapatan berbasis fee based income," jelas Jasmin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News