Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akhirnya memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin ke level 6,25%. Kenaikan suku bunga acuan BI dinilai akan memengaruhi kinerja perbankan di Tanah Air. Sejalan dengan hal tersebut, sejumlah perbankan akan melakukan ancang-ancang untuk melakukan penyesuaian suku bunga di tahun ini.
Direktur PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) Efdinal Alamsyah menilai, secara historical kenaikan suku bunga acuan, biasanya lebih cepat diikuti oleh kenaikan suku bunga DPK, khususnya deposito.
"Akan tetapi suku bunga kredit tidak akan serta merta mengalami kenaikan, sebab penyesuaian suku bunga kredit juga tergantung faktor faktor lainnya," ujar Efdinal kepada kontan.co.id.
Saat ini bunga deposito yang ditawarkan OK Bank berada di kisaran 4,50% hingga 5,00%.
Baca Juga: Biaya Bunga Mahal, BTN Berencana Tekan Pertumbuhan Kredit Menjadi 10% hingga 11%
Adapun SVP Retail Deposito Products and Solution Bank Mandiri Evi Dempowati menyampaikan, dengan kenaikan suku bunga acuan tentunya menjadi pertimbangan bagi perbankan untuk melakukan penyesuaian suku bunga deposito.
"Selain mempertimbangkan tren kenaikan bunga acuan BI dan dolarUSD, Bank Mandiri juga senantiasa mengamati tren perkembangan suku bunga di pasar dan kondisi likuiditas perbankan dalam penentuan suku bunga yang akan ditawarkan," ujar Evi.
Evi menerangkan, bahwa saat ini bunga deposito Bank Mandiri baik rupiah dan valas masih stabil, dengan imbal hasil Deposito bervariasi sesuai jangka waktu hingga 2,5% per tahun untuk IDR dan untuk Deposito Valas USD hingga 1,75% per tahun.
"Kenaikan BI Rate akan mempengaruhi ekonomi perbankan di Indonesia, untuk itu tentunya kami akan me-review kembali target-target yang telah ditetapkan perseroan agar penghimpunan DPK tetap inline dengan penyaluran kredit," jelasnya.
Sementara Direktur Distribution and Funding BTN Jasmin mengatakan, bunga di BTN saat ini sudah tinggi sehingga kenaikan suku bunga acuan BI menjadi 6,25% sudah ter-absorb suku bunga existing.
"Kami fokus ke nasabah NTB (New To Bank), untuk memperkuat likuiditas fokus ke CASA. Target Dana Pihak Ketiga (DPK) juga masih sama belum akan direvisi. BTN menargetkan pertumbuhan DPK 9%-10% di 2024," jelas Jasmin.
Menurutnya, dengan kenaikan suku bunga BI, strategi penghimpunan DPK rekomposisi-nya untuk retail dan commercial, mesti lebih besar porsinya.
Jika dilihat dari situs resminya, BTN menerapkan suku bunga deposito rupiah yang bervariasi mulai dari 2,35% hingga 3,40%.
Baca Juga: Ditopang KPR, Kredit Konsumer Bank BCA Naik 14,9% hingga Kuartal I 2024
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto menilai, terkait kenaikan bunga acuan, perbankan pun mau tidak mau melakukan penyesuaian karena melihat eskalasi dari geopolitik yang juga membuat rupiah melemah membuat ketidakpastian tinggi di global.
"Mau tidak mau perbankan cenderung untuk lebih cepat menyesuaikan dengan menaikan suku bunga kredit dan depositonya," kata Eko.
Eko menyebut, jika kemudian suku bunga perbankan naik maka segmen kredit yang bunganya akan naik tinggi, lebih ke kredit konsumer dibandingkan dengan KPR dan yang lainnya walaupun menurut Eko balik lagi tergantung kondisi strategi masing-masing bank, tapi relatif kredit konsumsi yang akan melakukan penyesuaian lebih cepat.
Di sisi lain, dengan kenaikan BI rate dinilai akan meningkatkan biaya dana, dan diperkirakan laju kredit perbankan di 2024 juga tidak akan sampai 10% karena sifat dari kenaikan BI Rate ini memberikan gambaran ke depan bahwa suku bunga kredit akan sulit turun dengan kenaikan BI Rate ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News