Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten bank jumbo seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kompak turun seiring dengan naiknya suku bunga acuan atau BI Rate pada level 6,25%.
Berdasarkan data RTI Business, pada penutupan perdagangan Kamis (25/4) harga saham BBCA turun 1,76% ke level Rp 9.775, BMRI ditutup di level Rp 6.950 turun 1,42%. Serupa, BBRI mengalami pelemahan harga saham 1,44% ke level Rp5.150 Selanjutnya. Jebloknya harga saham bank-bank jumbo juga terjadi di tengah tren fluktuasi nilai tukar rupiah.
Kedua di antara emiten bank jumbo yakni, BBRI dan BBCA memang telah merilis laporan keuangan pada kuartal I-2024. BCA telah mencatatkan kinerja positif pada tiga bulan pertama 2024 dengan laba naik 11,7% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp 12,9 triliun.
Baca Juga: IHSG Diprediksi Bergerak Fluktuatif Pada Jumat (26/4), Cek Rekomendasi Saham Berikut
Adapun secara konsolidasi, BRI telah membukukan laba bersih periode berjalan Rp 15,98 triliun, tumbuh 2,69% secara tahunan (yoy) pada kuartal I-2024, dari setahun sebelumnya sebesar Rp15,56 triliun. Namun, tampaknya kinerja moncer kedua bank tersebut tak sejalan dengan kinerja sahamnya.
Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menilai saham dari BBRI dan BBCA menarik, namun BBCA punya ruang likuiditas yang lebih baik dengan dengan rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) masih di 71% an dibanding BBRI di atas 82%, bahkan BBCA jauh di bawah rata-rata industri perbankan di kisaran 84% an.
"BBRI accumulate buy selama kuat di atas Rp 5.000- Rp 5.050 dengan target fundamental di Rp 6.200, dan secara tehnikal potensi penguatan BBCA masih potensi lanjut ke Rp 10.250 jangka menengah," katanya.
Sementara Analis Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, BBRI lebih mengandalkan sektor UMKM dalam memberikan kontribusi pada pertumbuhan kredit ke depan, sementara BBCA lebih mengandalkan korporasi maupun individu untuk menunjang pertumbuhan kredit.
Baca Juga: Cek Harga Saham PGEO, AMMN, dan BBRI yang Beda Nasib di Penutupan Bursa Kamis (25/4)
"Dari sisi Non Performing Loan BBRI termasuk yang relatif tinggi dibandingkan dengan BBCA tapi terlepas daripada itu sejauh itu mitigasi telah dilaksanakan dengan baik, dan dengan adanya mitigasi ini setidaknya NPL masih bisa ditekan di sekitar 3%," jelasnya.
Di sisi lain, penerapan suku bunga BI juga dinilai realitif masih belum memberikan dampak negatif terhadap perhambatan pertumbuhan kredit karena sejauh ini pertumbuhan kredit masih double digit, dan selama perekonomian masih resilien pertumbuhan kredit masih bisa terjaga kedepan.
Nafan merekomendasikan BBCA accumulate dengan trget harga Rp 10.800 sementara BBRI accumulate dengan target harga Rp 6.675.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News