Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam indikator likuiditas memprediksi, suku bunga akan menunjukan kenaikan yang lebih pada tahun 2019 dan 2020 dibanding prediksi sebelumnya. Kenaikan bunga ini terimbas dari tren pengetatan moneter global, yang dipicu kenaikan bunga di Amerika Serikat (AS).
Rapat komite pembuatan kebijakan (FOMC) di Federal Reserve (The Fed) Maret lalu memutuskan menaikkan bunga acuan AS sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran 1,5% sampai 1,75%.
The Fed menilai penciptaan lapangan kerja di AS kuat dalam beberapa bulan terakhir, disertai dengan tingkat pengangguran yang tetap rendah. Akan tetapi, inflasi headline dan inflasi inti masih bergerak di bawah target sebesar 2%.
LPS menyebut, para anggota FOMC kini tengah memprediksi titik tengah The Fed Rate di level 2,125% pada akhir 2018, ke level 2,875% pada akhir 2019, dan ke level 3,375% pada akhir 2020.
"Dengan kata lain, bunga acuan diperkirakan akan naik 50 bps menjelang akhir tahun ini, 75 bps pada tahun 2019. dan 50 bps lagi pada 2020," tulis LPS dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Senin (23/4). Itu artinya bunga AS memiliki peluang naik 175 bps atau 1,75% sampai dua tahun ke depan.
Selain Fed Fund Rate, LPS merekam selama bulan Maret 2018, yield obligasi pemerintah negara bergembang telah bergerak variatif di kisaran -33 bps hingga +54 bps.
Pada periode tersebut, yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun memang naik 4 bps, namun kenaikan ini melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 36 bps.
Investor asing pun terpantau kembali masuk ke pasar obligasi Indonesia dengan mencatatakan net buy sebesar Rp 10,57 triliun (share menajdi 39,31% terhadap total SBN yang dapat diperdagangkan).
LPS memproyeksi tekanan di pasar obligasi global dipicu oleh kenaikan Fed rate dan potensi kenaikan lanjutan pada tahun 2018. Di sisi lain, meningkatnya kekhawatiran akan terjadi perang dagang antara AS dan China juga turut menambah ketidakpastian global yang pada akhirnyua memicu koreksi di pasar oblgiasi.
"Meski begitu, pasar obligasi Indonesia diperkirakan dapat tumbuh positif menyusul return yang dinilai menarik dan didukung oleh fundamental ekonomi yang solid," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News