Reporter: Dina Farisah | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Tantangan industri reasuransi Tanah Air cukup berat. Jumlah premi reasuransi yang mengalir ke luar negeri sangat fantastis.
Menteri BUMN Rini Soemarno menyayangkan kondisi reasuransi saat ini. Sebab selama bertahun-tahun, reasuransi dalam negeri menyumbang defisit transaksi berjalan. Sejak tahun 2013, aliran premi reasuransi ke luar negeri mencapai Rp 20 triliun per tahun.
Selain menimbulkan beban defisit transaksi berjalan, kondisi ini juga menghilangkan potensi penerimaan pajak negara triliunan rupiah setiap tahunnya. Untuk memperbaiki kondisi ini, pihaknya melebur PT Reasuransi International Indonesia (ReINDO) ke dalam PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re).
"Kami menggabungkan dua anak usaha reasuransi BUMN. Nantinya, tidak boleh lagi ada BUMN yang mendapat modal negara yang perang harga," terang Rini.
Saat ini, perusahaan BUMN reasuransi Indonesia berada di urutan nomor tujuh di ASEAN. Setelah adanya peleburan ini, Rini berharap Indonesia Re akan menjadi pemimpin reasuransi di tingkat ASEAN. Untuk diketahui, peleburan ReINDO ke dalam Indonesia Re merupakan tahap awal penggabungan reasuransi BUMN. Selanjutnya, Reasuransi Nasional (Nasre) akan ikut bergabung ke dalam Indonesia Re.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News