kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sempat tertekan pandemi, transaksi harian uang elektronik kembali ke Rp 550 miliar


Rabu, 21 Oktober 2020 / 14:56 WIB
Sempat tertekan pandemi, transaksi harian uang elektronik kembali ke Rp 550 miliar
ILUSTRASI. Sejak pandemi corona transaksi uang elektronik sempat turun. Namun, kini mulai kembali menggeliat.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis uang elektronik tersengat oleh pandemi Covid-19. Bank Indonesia (BI) mencatatkan pada tahun 2019 lalu, rata-rata harian transaksi uang elektronik berkisar Rp 400 miliar bahkan sempat menjadi Rp 550 miliar per hari di akhir 2029.

Namun, sejak pandemi corona transaksi uang elektronik sempat turun. “Memang sempat turun karena Covid-19, namun saat ini kembali naik. Uang elektronik banyak dipakai untuk transportasi, ecommerce, lalu outlet offline,” uajr Principal Economist Payment System Policy Department BI Agung Purwoko dalam diskusi virtual pada Rabu (21/10).

Transaksi uang elektronik di outlet offline cukup menerima dampak dari kebijakan pembatasan sosial. Namun sejak Mei 2020 hingga saat ini transaksi harian uang elektronik kembali naik ke arah Rp 550 miliar.

Baca Juga: Bank berharap transaksi uang elektronik naik lagi seiring pulihnya kondisi ekonomi

Agung mengaku saat ini, transaksi uang elektronik lebih banyak dilakukan oleh sektor keuangan non bank terutama uang elektronik berbasis server.

“Jadi dalam 5 tahun pangsa non-bank meningkat, khususnya di area payment. Ini yang jadi penting untuk dicermati bahwa industri sudah berubah dan muncul pelaku baru,” tambah Agung.

Peneliti Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani bilang, saat ini perbankan menguasai 78% transaksi keuangan. Namun, pada pada 2030 hanya akan tinggal 55%.

“Karena orang makin sadar investasi di luar bank. Meskipun basis semua investasi itu ditempatkan di perbankan. Makanya bank punya ekosistem keuangan, bank punya asuransi, sekuritas dan sebagainya,” jelasnya.

Agung menyatakan, pandemi telah terbukti mempercepat digitalisasi transaksi. Hal ini juga terbukti dengan meningkatnya jumlah transaksi ecommerce yang tercatat di bank sentral. Hingga Agustus 2020 terdapat 140 juta transaksi padahal posisi yang sama tahun lalu 80 juta transaksi.

Adapun produk yang paling banyak dibeli oleh masyarakat pada awal pandemi ialah produk makanan dan minuman. Setelah masyarakat nyaman beraktivitas, produk yang terus naik ialah kebutuhan barang rumah tangga dan kantor. Kemudian produk yang diminati berupakan produk personal care.

Sedangkan untuk perubahan kebiasaan digital banking bank Indonesia melihat pandemi membuat segmen ritel semakin banyak menggunakan sms maupun mobile banking. Sedangkan penggunaan internet banking oleh segmen korporasi cenderung stagnan.

Selanjutnya: 23 Oktober, JakCard bisa dipakai di Tol Jakarta-Tangerang, ruas Soedijatmo dan JORR

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×