Reporter: Nadya Zahira | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyebutkan sejumlah strategi yang harus dilakukan perusahaan asuransi jiwa di tengah tantangan berupa tingginya kasus penyakit kritis di Tanah Air.
Asal tahu saja, World Health Organization (WasuasHO) meyampaikan bahwa penyakit tidak menular atau non-communicable diseases (NCDs), seperti penyakit kardiovaskular termasuk serangan jantung, stroke, kanker dan diabetes menjadi penyebab utama kematian di Indonesia yang menyumbang sebesar 52,2% dari total kematian.
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif AAJI, Togar Pasaribu menuturkan, strategi yang dapat dilakukan perusahaan asuransi jiwa untuk menghadapi tantangan tersebut yakni, dengan terus meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelindungan untuk menghadapi ancaman penyakit kritis melalui sosialisasi yang dilakukan dengan berbagai seminar, workshop, hingga webinar.
Baca Juga: Ini Sejumlah Tantangan dan Peluang Industri Asuransi pada 2025
Strategi selanjutnya, Togar bilang, perusahaan asuransi juga harus selalu menyediakan layanan khusus yang menyediakan pelindungan penyakit kritis secara lengkap, mencakup pelindungan rawat inap dan biaya pengobatan jangka panjang.
“Adapun perlindungan tersebut biasanya disebut sebagai riders yang bisa ditambahkan dalam produk asuransi kesehatan," kata Togar saat dihubungi Kontan, Senin (13/1).
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa perusahaan asuransi jiwa juga harus senantiasa memaksimalkan perkembangan teknologi seperti halnya, aplikasi atau platform yang memberikan insentif bagi nasabah, misalnya berupa konsultasi kesehatan online dan program manajemen penyakit.
Baca Juga: AAJI: Penempatan Investasi Asuransi Jiwa di Surat Berharga BI Masih Kecil
Di sisi lain, Togar tak memungkiri bahwa kasus penyakit kritis yang tinggi di Indonesia memang menjadi tantangan tersendiri bagi industri asuransi jiwa. Pasalnya, penyakit kritis membutuhkan biaya medis lebih besar, sehingga berpotensi menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan
Maka, strategi yang bisa dilakukan asuransi jiwa untuk meningkatkan solvabilitas perusahaannya, Togar bilang, yakni berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan di sektor kesehatan. Kemudian, perusahaan juga harus terus melakukan edukasi kepada masyarakat akan pola hidup sehat.
“Dan perusahaan asuransi jiwa harus terus berinovasi dalam menciptakan produk yang menarik, terjangkau dan disesuaikan dengan preferensi masyarakat,” tandasnya.
Selanjutnya: Saham Valuasi Mahal Laris Manis di Pasar Saham Indonesia, Sinyal Baik atau Buruk?
Menarik Dibaca: Baik untuk Diabetes, Ini 9 Manfaat Daun Jambu Biji untuk Kesehatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News