Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - Layanan keuangan berbasis teknologi atau teknologi finansial (tekfin) kian marak. Tekfin atau bisa juga disebut financial technology (fintech), dinilai akan menyaingi produk serta layanan perbankan.
Untuk menekan tingginya persaingan antara fintech dan industri perbankan, maka bank pun mengambil inisiatif menggandeng tekfin. Ambil contoh PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang membuka diri terhadap kolaborasi dengan pelaku usaha tekfin.
Executive Vice President Strategic Information Technology BCA, Hermawan Thendean menyatakan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk berkolaborasi dengan fintech. Salah satu inisiatif itu diwujudkan lewat peluncuran application program interface (API).
Lewat layanan tersebut, pelaku fintech maupun e-commerce dapat terkonekasi dengan layanan perbankan BCA. "Terdapat berbagai informasi yang dapat digunakan, seperti transfer, mutasi rekening, lokasi ATM, pembayaran Sakuku, dan API lainnya demi menjawab kebutuhan dunia fintech saat ini," terang Hermawan, Rabu (13/9).
Dari sisi pembiayaan, BCA juga telah meluncurkan Central Capital Ventura (CCV). Perusahaan modal ventura tersebut dibentuk bersama dengan BCA Finance. Hermawan menyatakan, melalui CCV, BCA akan menginvestasikan dana Rp 200 miliar bagi startup (perusahaan rintisan) fintech yang diharapkan dapat membantu layanan finansial mereka. "Selain membuka API, kami membuat CCV juga untuk memberi pendanaan. Kami akan investasi di situ," ujar Hermawan.
Perkembangan teknologi yang begitu pesat, telah mendorong hadirnya startup. Pada tahun 2016, di Indonesia setidaknya ada 2.000 startup, dan ini menjadi yang terbanyak dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya.
Pada tahun 2020, diperkirakan jumlah startup di Indonesia bakal meningkat menjadi 13.000. Salah satu sektor bisnis yang juga berkembang dalam industri startup adalah layanan keuangan berbasis fintech.
Perkembangan fintech tidak lepas pula dari perkembangan jumlah kepemilikan ponsel pintar alias smartphone. Sejalan dengan itu, jumlah masyarakat usia produktif Indonesia juga meningkat. "Segala sesuatu jadi dilakukan lewat online dan smartphone. Sehingga yang namanya digital, smartphone, aplikasi sudah jadi bagian dari haya hidup," imbuh Hermawan.
Namun kerap kali kali layanan perbankan kurang bisa memenuhi kebutuhan itu. Meskipun perbankan sekarang menyediakan layanan internet banking dan mobile banking, namun layanan itu dibangun berdasarkan persepsi bank.
Layanan itu kadang tak bisa memenuhi kebutuhan, khususnya generasi muda. Nasabah generasi muda selalu menginginkan hal yang sederhana dan menghadirkan pengalaman yang unik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News