kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Akuisisi Affin Bank bukan terkait masalah permodalan


Senin, 29 November 2010 / 07:58 WIB
ILUSTRASI. Hutama Anugrah Propertindo


Reporter: Andri Indradie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Akuisisi Affin Holdings Bhd (Affin) terhadap PT Bank Ina Perdana tak berkaitan dengan masalah permodalan. Komisaris Independen Bank Ina Perdana Denny Susilo mengklaim, akuisisi tersebut murni karena bisnis.

"Permodalan kami sudah sekitar Rp 128 miliar dan total aset kami mencapai sekitar Rp 921,98 miliar per 30 September 2010," katanya kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Maklum saja, aturan Bank Indonesia (BI) yang menyaratkan bank memiliki modal minimum Rp 100 miliar tinggal sebulan lagi. Aturan tersebut mewajibkan pemilik bank harus menyetor tambahan modal kepada bank yang belum memenuhi modal minimum. Pilihan lainnya adalah menjual saham ke investor lain.

Denny menegaskan, akuisisi terlaksana lantaran Affin Group murni tertarik mengembangkan bisnis bank di Indonesia. Menurut target, akuisisi setidaknya akan selesai kuartal II tahun 2011.

Meskipun demikian, kata Denny, target tersebut molor lantaran Bank Ina sebelumnya memperkirakan izin akuisisi bisa masuk ke BI bulan Oktober. "Sampai sekarang kami belum memasukkan izin karena harus menunggu kelengkapan dokumen dari Affin Group," tegas Denny.

Untuk menuntaskan akuisisi ini, baik Affin Group maupun Bank Ina akan memasukkan izin secara bersamaan kepada bank sentral Malaysia alias Bank Negara Malaysia dan Bank Indonesia. "Kemungkinan besar, kami baru bisa memasukkan izin awal 2011 nanti atau paling cepat akhir Desember 2010," imbuh Denny.

Dalam perjanjian, Affin akan mengakuisisi 20,8% saham PT Kharisma Prima Karya, salah satu pemegang saham Bank Ina. "Setelah itu, dalam perjanjian juga disebutkan, Affin akan menambah kepemilikan saham sebesar 59,2% melalui penerbitan saham baru," tegas Denny.

Dalam hajatan ini, Affin telah menyiapkan dana RM 138 juta atau sekitar Rp 390 miliar. Perkiraan nilai akuisisi mewakili price to book value sebesar rata-rata 1,69 kali.

Denny juga bilang, setelah akuisisi sukses, Bank Ina berniat mengajukan izin menjadi bank devisa. Karena BI menyaratkan bank devisa harus memperoleh predikat bank sehat, maka paling cepat Bank Ina akan mengurus izin bank devisa tahun 2012 karena bank yang punya 22 kantor cabang di Indonesia ini baru mendapat predikat bank sehat sekitar akhir 2009.

Saat ini Bank Ina fokus pada bisnis penyaluran kredit ke sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Dengan potensi sekitar 45 juta pelaku usaha UKM, pasar bisnis kredit ritel tentu saja menarik bagi Affin Group dalam mengembangkan sayap bisnisnya di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×