Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asal Korea Selatan semakin gencar menggaet bank-bank di Indonesia. Misalnya saja, LINE Financial Asia, anak usaha LINE Financial yang mengumumkan telah mendapatkan restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait rencana akuisisi 20% saham PT Bank KEB Hana Indonesia.
Dalam pemberitaan yang dimuat Kontan.co.id Minggu (28/10) lalu, perjanjian kerjasama ini bakal menjadikan LINE Financial Asia sebagai pemegang saham terbesar kedua di Bank KEB Hana. Tentu, kerjasama ini akan memberikan beberapa efek positif bagi kedua belah pihak.
Pertama, Bank KEB Hana akan mendapatkan nasabah potensial dari basis pengguna LINE yang tinggi. Kedua, dana simpanan bank akan bertambah dengan bunga rendah melalui penguatan ritel banking. Ketiga adalah memperkuat kemampuan digital marketing melalui kekuatan merek, teknologi, konten dan ketrampilan LINE.
Kini, LINE Financial Asia tengah mempersiapkan peluncuran layanan perbankan digital yang diprediksi keluar pada tahun 2019 mendatang. Asal tahu saja, saat ini Bank KEB Hana dimiliki 89% oleh KEB Hana Bank Korea. Sisanya dimiliki International Finance Corporation 9,9% dan Bambang Setijo 1%.
Selain KEB Hana, investor asal Korea Selatan yakni KB Kookmin Bank juga sudah mengambilalih sebagian saham PT Bank Bukopin Tbk lewat skema rights issue.
Saat ini, KB Kookmin Bank resmi memegang 22% saham Bukopin. Alih-alih untuk mengembangkan ekspansi paska investor asal Korea Selatan tersebut masuk, Bukopin dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dilangsungkan pada Senin (29/10) kemarin juga mengangkat dua jajaran manajemen baru.
Antara lain, jabatan komisaris kepada Jae-Hong Park yang saat ini juga menjabat sebagai Senior Managing Director untuk KB Kookmin Bank di Global Business Division. Serta, mengangkat Jong-Hwan Han sebagai Direktur yang sebelumnya menjabat sebagai Regional Head KB Kookmin Bank di Busan, Korea Selatan.
Direktur Utama Bank Bukopin Eko Rachmansyah Gindo mengharapkan dengan masuknya dua manajemen baru akan dapat memperkuat manajemen risiko dan good governance Bukopin yang memang menjadi fokus utama saat ini.
Memang, usai KB Kookmin masuk sebagai pemegang saham Bank Bukopin, perusahaan berniat untuk injak gas dalam melakukan penetrasi pasar termasuk kredit. Beberapa pasar yang akan menjadi target Bukopin ke depan antara lain menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan multinasional asal Korea Selatan yang sudah menjadi mitra KB Kookmin di negara asalnya.
Belum lagi, sebagai bank pemain kredit perumahan terbesar di Korea Selatan, Bukopin semakin pede untuk menggarap sektor ritel ke depan tentunya lewat sinergi yang dilakukan dengan pemegang saham barunya tersebut.
Bahkan, bank bersandi emiten bursa BBKP ini memasang target KPR dua digit untuk tahun ini. Rincian target kredit ritel yang dipatok Bukopin antara lain kredit mikro 15%, konsumer 10%, UKM 10%-12%.
"Kami tetap akan tumbuh hanya saja target marketnya kami pilih yang berkualitas, makanya risk management menjadi kunci. Perlu ada dukungan dari Kookmin Bank mengolah data-data risiko yang ada saat ini, dan memang NPL paling rendah Bukopin itu ada di konsumer dan mikro," kata Eko.
Tak hanya itu, peluang kerjasama dengan negara di Asia Timur pun kian terbuka bagi Bukopin lantaran KB Kookmin Bank setidaknya memiliki 20 lebih kantor cabang bank di luar negeri.
Selain LINE Financial Asia dan KB Kookmin, Industrial Bank of Korea (IBK) juga dikabarkan bakal mengakuisisi dua bank di Indonesia yakni Bank Mitraniaga dan Bank Agris.
Dalam artikel Kontan.co.id Rabu (24/10) lalu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut kini investor Korea Selatan tersebut tengah melakukan proses penjajakan dan pengkajian terutama proses perizinan merger untuk kedua bank tersebut.
Melihat banyaknya investor asing terutama Korea Selatan yang masuk ke industri perbankan di Indonesia. Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK Slamet Edy Purnomo mengatakan hal tersebut sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 2017 silam.
Dalam memberikan izin, OJK selaku regulator dan pengawas perbankan memang sangat selektif. Sebab, ada beberapa faktor yang harus dipenuhi oleh para calon investor tersebut.
Bukan hanya soal pemenuhan aturan saja, namun OJK juga perlu melihat apa saja komitmen investor yang akan masuk ke Indonesia. Terutama dalam mendukung pembangunan ekonomi di Tanah Air serta pertukaran informasi dan teknologi antara kedua belah pihak. "Mengingat banyak hal yang harus dicermati dan dilihat, maka sekarang ini baru masuk proses akuisisi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (30/10).
OJK mengatakan, apabila seluruh persyaratan tersebut sudah terpenuhi dengan baik, maka OJK justru akan mendorong merger guna mendukung konsolidasi perbankan nasional yang memang menjadi fokus utama OJK.
Edy mengatakan dalam hal proses akuisisi yang tengah dilakukan oleh IBK ke dua bank dalam negeri, tentunya proses pemantauan dan pengkajian serta perizinan yang dilakukan OJK bakal lebih ketat bagi investor yang ingin mengakuisisi bank di Indonesia, hal ini berbeda dengan Kookmin Bank misalnya yang sudah masuk ke Bukopin sebagai pemegang saham minoritas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News