Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia alias Asabri mengaku kinerja investasi di delapan bulan tahun ini masih cukup menantang. Namun begitu, perseroan masih berupaya mengejar target hingga tutup tahun ini.
Direktur Asabri Hari Setianto mengakui, selain terseret kondisi datarnya kinerja pasar saham di paruh pertama tahun ini, masih belum mampu berlarinya kinerja investasi Asabri juga terpengaruh oleh sejumlah aturan yang mesti dipenuhi. Di antaranya soal kewajiban investasi di instrumen surat berharga negara.
Sehingga perseroan mesti membagi pikiran untuk menggapai imbal yang maksimal dengan upaya memenuhi aturan tersebut. Padahal instrumen ini juga imbalnya memang tidak terlalu besar.
Sebagai catatan, sepanjang 2017 ini Asabri menargetkan yield investasi sebesar 9,4%. Sementara sampai Agustus dia bilang realisasi yang didapat baru mencapai sekitar setengah dari target tersebut.
Nah guna mengejar target imbal sekaligus memenuhi kewajiban investasi di obligasi pemerintah ini, Hari bilang pihaknya akan memaksimalkan relaksasi yang diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan belum lama ini.
Seperti yang diketahui, OJK menerbitkan relaksasi bagi pelaku jasa keuangan non bank dalam memenuhi kewajiban tersebut. Dimana kini obligasi BUMN, efek beragun aset dan reksa dana penyertaan terbatas untuk keperluan infrastruktur bisa dipakai dalam perhitungan investasi di keranjang SBN.
Di sisi lain, Asabri harus mengalokasikan minimal 30% saham di keranjang obligasi pemerintah. Sementara sampai saat ini, ia menyebut porsi investasi perusahaannya di SBN berada di kisaran 25%.
"Nanti kami akan manfaatkan itu. Misalnya dengan mencari EBA dari Jasa Marga atau Indonesia Power dan lain-lain," kata dia baru-baru ini.
Selain bisa membantu memenuhi kewajiban SBN, ia optimistis strategi ini pun bisa membantu Asabri dalam menggenjot kinerja investasi. Pasalnya imbal hasil dari instrumen-instrumen tersebut secara tradisi lebih tinggi ketimbang SBN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News