Reporter: Feri Kristianto | Editor: Roy Franedya
JAKARTA. Tak salah, banyak investor asing berlomba-lomba masuk ke industri asuransi di Indonesia. Beberapa perusahaan asuransi patungan asing dengan lokal atau joint venture (JV) sudah membuktikan, pasar asuransi di tanah air sangat menggiurkan.
Lihat saja, pencapaian asuransi patungan, rata-rata menuai berkah pertumbuhan premi cukup besar (lihat tabel). Diprediksi, pangsa pasar asuransi asing akan semakin besar, sejalan rencana masuknya beberapa pemain baru.
Asuransi Jiwa Manulife Indonesia termasuk yang menikmati pertumbuhan pesat. Per akhir Desember 2012, asuransi berbasis di Toronto, Kanada, ini membukukan premi sekitar Rp 8,44 triliun, atau tumbuh 18% dibandingkan akhir tahun 2011. Premi baru tercatat sebesar Rp 1,51 triliun, naik 37% dibandingkan tahun sebelumnya.
Jalur distribusi lewat perbankan atau bancasurance berkontribusi 44% terhadap total pendapatan premi bisnis baru tahun 2012 atau senilai Rp 822 miliar. Sedangkan kontribusi jalur keagenan mencapai Rp 600 miliar. Jumlah agen Manulife Indonesia saat ini 10.047 orang.
Dengan pencapaian tersebut, total dana kelolaan Manulife Indonesia tumbuh 30% menjadi Rp 28,4 triliun dari sebelumnya Rp 22 triliun. Total aset Manulife Indonesia saat ini mencapai Rp 30,2 triliun.
Chris Bendl, CEO dan Presiden Direktur Manulife, mengatakan, pasar Indonesi sangat besar. "Bandingkan dengan populasi, nasabah kami hanya 1,6 juta," ujarnya, saat pemaparan kinerja, Rabu (1/5).
Asuransi joint venture tidak hanya menguasai premi. Dalam urusan lini distribusipun mereka raja di raja. Misalnya untuk lini bancassurance alias perbankan. Pangsa pasar terbesar masih dikuasai oleh AXA Mandiri Financial Service (AXA Mandiri). Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) kuartal ketiga tahun lalu menunjukkan, asuransi patungan AXA Group dengan Bank Mandiri ini menguasai 34,1% pasar bancassurance.
Akhir Desember 2012, AXA Mandiri membukukan total premi bruto sekitar Rp 5,6 triliun, tumbuh 16,9% dibandingkan akhir Desember 2011 sebesar Rp 4,8 triliun. Kontribusi premi masih didominasi produk asuransi berbalut investasi atau unitlink sebesar 83%. Sisanya produk tradisional.
Sedangkan penjaring premi terbesar di industri, sang pemimpina adalah PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia). Akhir tahun lalu, perusahaan asuransi berbasis di Inggris ini membukukan premi Rp Rp 19,3 triliun, naik 30% dibandingkan hasil tahun 2011, yakni Rp 14,8 triliun.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total premi asuransi jiwa 2012 sebesar Rp 108.32 triliun, tumbuh 12,3% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 96,4 triliun. Dari angka tersebut, jika kontribusi Prudential, Manulife, AXA Mandiri, Allianz Life Indonesia, PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG, serta PT AIA Financial digabung, nilainya mencapai Rp 56,13 triliun. Artinya pangsa pasar keenam perusahaan sudah mencapai 51,81%.
Diperkirakan porsi itu akan terus bergerak naik. Jumlah total asuransi patungan asing di Indonesia sebanyak 18 perusahaan. Alhasil pangsa pasar tahun 2012 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) tahun 2011 memperlihatkan, pangsa pasar asing 65%. Sisanya asuransi nasional.
Munawar Kasan, pengamat asuransi menganggap wajar dominasi asing tersebut. Asuransi asing memiliki banyak kelebihan. Dari segi permodalan mereka kuat. Belum lagi pengalaman karena rata-rata berdiri ratusan tahun. Alhasil punya sistem lebih kuat ketika masuk Indonesia.
Tidak kalah penting adalah pemberian layanan, lebih baik dibandingkan lokal. Ditambah kasus gagal asuransi lokal seperti Bakrie Life.
Ini semakin menyebabkan masyarakat kepincut layanan asuransi joint venture. "Keuntungan di jiwa, persaingan tarif tidak seketat seperti di asuransi umum, ini menyebabkan joint venture bisa mendominasi juga," kata praktisi asuransi dan Dosen Sekolah Tinggi Manajemen Asuransi (STMA) Trisakti ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News