kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Aturan GWM Baru Bikin BCA Makin Kebanjiran Likuiditas


Kamis, 30 Oktober 2008 / 08:21 WIB
Aturan GWM Baru Bikin BCA Makin Kebanjiran Likuiditas


Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Perhitungan Giro Wajib Minimum yang baru meningkatkan likuiditas di PT Bank Central Asia (BCA) Tbk. Pengelola BCA menyatakan, ada tambahan likuiditas senilai Rp 10 triliun dan US$ 48 juta.

Wakil Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja bilang, saat ini BCA masih mempunyai duit cadangan sekunder Rp 23 triliun yang mereka tempatkan di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan surat utang negara. "Kami masih merasa nyaman dengan kondisi likuiditas saat ini," kata Jahja saat memberikan paparan publik kinerja BCA untuk triwulan ketiga, Rabu (29/10).

Dalam aturan perhitungan GWM terdahulu, BCA terkena kewajiban menyetor GWM sebesar 11% dari total dana masyarakat. Nah, menurut aturan yang baru, BCA hanya perlu menyetor GWM sebesar 7,5% dari dana masyarakat. Perinciannya, GWM sebesar 5% dalam bentuk tunai dan GWM sebesar 2,5% dalam bentuk surat berharga.

Dulu, BCA harus menyetor GWM besar karena penyaluran kredit bank itu masih rendah. Hingga akhir September 2008 pun, rasio penyaluran kredit terhadap dana masyarakat BCA baru 54,7% saja. Jauh di bawah rata-rata LDR industri perbankan yang lebih dari 70%.

Meski LDR masih rendah, BCA tak berambisi meningkatkan penyaluran kredit secara massal. "Jika LDR terlalu tinggi nanti akan menyulitkan likuiditas," tutur Jahja.

Alasannya, jika nanti ada nasabah yang sudah mempunyai komitmen kredit dengan jumlah tinggi dan tiba-tiba menariknya dalam jumlah besar, maka bank akan kewalahan untuk memenuhi dana tunai di tengah likuiditas perbankan yang ketat.

BCA memperkirakan, hingga akhir tahun nanti, masih bisa menyalurkan kredit baru sekitar Rp 4 triliun-Rp 7 triliun lagi. Dengan begitu, total penyaluran kredit BCA hingga akhir 2008 lebih dari Rp 110 triliun. "Kami akan sedikit menahan kredit ke sektor korporasi, komersial dan Usaha kecil dan menengah," kata Jahja.

Ia mengingatkan, saat krisis tahun 1997 banyak bank mempunyai LDR yang cukup tinggi. Saat ini likuiditas juga sempat seret. Bahkan, tak selalu ada pasokan likuiditas di pasar uang antarbank. Dalam situasi macam ini, likuiditas menjadi hal penting bagi bank.

Di krisis dulu, BCA termasuk bank yang diselamatkan. Pemerintah menyuntik BCA dengan obligasi rekapitalisasi senilai Rp 28 triliun. Dengan pengalaman di masa krisis itu, Jahja menyatakan BCA bersikap konservatif dalam penyaluran kredit. BCA lebih mencari untung dari jasa layanan transaksi non bunga atau fee base income.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×