Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja perbankan digital semakin menunjukkan kinerja yang lebih efisien ketimbang bank konvensional. Hal ini tercermin dari beberapa rasio-rasio keuangan yang menunjukkan tingkat efisiensi bank digital lebih baik ketika beberapa beban sebetulnya sama-sama naik.
Dalam hal ini, rasio keuangan yang digunakan untuk melihat efisiensi bank adalah Net Interest Margin (NIM) dan Cost to Income Ratio (CIR). NIM digunakan untuk melihat margin antara beban bunga dengan pendapatan bunga ,sementara CIR untuk melihat proporsi biaya operasional terhadap pendapatan operasional.
Ambil contoh, PT Bank Jago Tbk yang mencatatkan beban bunga mengalami kenaikan hingga 110% secara tahunan (YoY) per Juni 2025. Sementara, beban operasional juga naik 21% YoY menjadi Rp 797 miliar pada periode yang sama.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Bank Digital di Tengah Kinerja Kuartal II-2025 yang Mentereng
Meski beban bunga naik, rasio NIM justru mengalami kenaikan yang artinya semakin membaik. Dalam hal ini, NIM Bank Jago naik dari 7,3% di semester I-2024 menjadi 8,4% di semester I-2025.
Hal serupa juga terjadi pada rasio CIR dari Bank Jago yang turun dan berarti semakin efisien. Rasio CIR dari bank digital yang merupakan ekosistem Goto Grup ini turun dari 79% di semester I-2024 menjadi 58% di semester I-2025.
Direktur Finance, Technology & Operations Bank Jago Supranoto Prajogo mengataka, beban operasional secara umum meningkat seiring dengan pertumbuhan bisnis serta pengembangan produk, layanan, dan fitur baru. Terlebih Bank Jago sedang ada ada beberapa inisiatif baru sehingga terbilang wajar kalau meningkat
Hanya saja, ia menjelaskan bahwa bahwa peningkatan beban operasional Bank Jago tidak sebesar peningkatan pendapatan operasional sehingga pendapatan bersih operasional mengalami pertumbuhan yang cukup baik.
Rasio biaya terhadap pendapatan juga berada di posisi 58% pada Kuartal II-2025, menurun dari posisi setahun penuh 2024 yang berada di posisi 74%.
“Ini menunjukkan operasional yang semakin efisien,” ujarnya.
Baca Juga: Kinerja Bank Digital Makin Moncer Berkat Panen Pendapatan Bunga Melimpah
Pola yang sama juga terjadi di PT Bank Amar Indonesia Tbk yang mengalami kenaikan beban bunga hingga 31,87% YoY menjadi Rp 42,37 miliar. Namun, NIM dari Bank Amar tetap naik secara tahunan dari 22,9% menjadi 23,59% di semester I-2025.
Beban operasional dari Bank Amar pun juga mengalami kenaikan 11,44% YoY menjadi Rp 324,86 miliar. Kenaikan tersebut juga tak berdampak pada rasio CIR yang mereka miliki dengan turun dari 38,51% di Juni 2024 menjadi 34,54% di Juni 2025.
Coba bandingkan dengan bank konvensional seperti PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Bank swasta terbesar di Indonesia ini justru mengalami penurunan beban bunga sekitar 8,12% YoY. Hanya saja, NIM BCA hanya naik 10 basis poin (bps) menjadi 5,8% secara tahunan.
Di sisi lain, beban operasional dari BCA tercatat naik 5,3% YoY menjadi Rp 18,6 triliun di Juni 2025. Namun, rasio CIR dari BCA terbilang stagnan di periode tersebut karena secara tahunan sama-sama di level 30%.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn bilang pencapaian kinerja laba BCA di paruh pertama 2025 ditopang oleh pendapatan bunga maupun pendapatan selain bunga, serta terjaganya operational expense (opex).
Ia bilang pihaknya juga selalu menjaga keseimbangan antara income, biaya operasional, dan kebutuhan investasi berkelanjutan.
“BCA mengoptimalkan pendapatan dari segala lini bisnis, dan meningkatkan efisiensi operasional dengan tetap menjaga kualitas layanan bagi seluruh nasabah,” ujar Hera.
Di bank konvensional lainnya seperti PT Bank CIMB Niaga Tbk juga memiliki pola yang berkebalikan dengan kinerja bank digital. Pasalnya, rasio NIM dan CIR dari bank tersebut mengalami pemburukan didorong oleh beban bunga dan beban operasional mengalami kenaikan.
Rasio NIM dari CIMB Niaga mengalami penurunan secara tahunan dari 4,21% di semester I-2024 menjadi 3,96% di semester I-2025. Sementara, rasio CIR yang mereka miliki mengalami kenaikan sekitar 160 bps menjadi 45,5%
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan pun hanya berkomentar bahwa ia menilai rasio-rasio efisien seperti CIR masih berada dalam kisaran wajar menurut panduan internal. Dalam hal ini, mereka menilai CIR yang sehat di kisaran 45%
“Kami pastikan bahwa biaya investasi harus tetap berjalan terutama untuk digitalisasi, siber, data & IT security serta SDM yang terus kami tingkatkan kualitasnya,” ujar Lani.
Selanjutnya: Revisi RKAB untuk Batubara Jadi Senjata Menteri Bahlil Hadapi Penurunan Harga Global
Menarik Dibaca: 5 Makanan untuk Membakar Lemak Perut dalam 30 Hari, Ada Alpukat!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News