Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Mesti Sinaga
JAKARTA. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah alias Bank Jateng berniat mengambil alih sekitar 35-36 bank kredit kecamatan (BKK) dan bank perkreditan rakyat (BPR) milik pemerintah daerah setempat.
Pengambilalihan bank cilik ini untuk mendukung perkembangan lembaga keuangan di Jateng.
Supriyatno, Direktur Utama Bank Jateng, mengatakan, pihaknya telah selesai mengkaji aksi akuisisi bank cilik milik pemda setempat. Saat ini, tim sedang melakukan kajian legalnya yang diprediksi akan rampung akhir tahun nanti.
"Jadi, tujuannya revitalisasi BKK dan BPR milik pemda. Seluruhnya ada sekitar 35 - 36. Nanti, yang statusnya masih BKK akan kami naikkan ke BPR. Setelah menjadi BPR semua, kami ambil alih dengan skema equity swap. Makanya, kami tidak perlu merogoh kocek," ujarnya, Selasa (24/11).
Diperkirakan, pengambilalihan 35 - 36 bank cilik milik pemda tersebut bernilai total Rp 300 miliar.
Nilai itu akan masuk ke ekuitas Bank Jateng. Sederhananya, Pemda Jateng menyuntikkan modal kepada Bank Jateng dalam bentuk pengalihan BKK dan BPR.
Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, mengisyaratkan, komitmen penuh Pemda terhadap Bank Jateng tidak melulu berupa dana segar tapi bisa dengan menggelar aksi korporasi, seperti penjualan obligasi.
Ganjar bahkan mendorong Bank Jateng melantai di bursa pada tahun 2018 mendatang.
"Kebutuhan Bank Jateng itu sekitar Rp 2 triliun - Rp 3 triliun. Tidak mungkin dibiayai oleh APBD. Satu-satunya cara, Bank Jateng harus menggelar aksi korporasi, seperti obligasi atau IPO nanti, dan juga bekerja keras. Misalnya, mengambil alih BKK dan BPR dan melakukan sinergi," terang Ganjar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News