Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berhati-hati menyalurkan kredit untuk pembangunan proyek-proyek properti, terutama di segmen apartemen dan perkantoran. Hal ini sejalan dengan tantangannya yang besar di tengah tren dan potensi kenaikan suku bunga.
Kalaupun masuk ke segmen tersebut, Rudi As Aturridha Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri mengatakan Bank Mandiri akan fokus pada pengembangan properti di lokasi strategis, mudah dijangkau, dan punya prospek potensial untuk tumbuh.
"Selain itu, secara umum sektor properti juga tengah menghadapi beberapa tantangan seperti oversupply dan permintaan yang terbatas, terutama sektor properti perkantoran dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di wilayah Jabodetabek," kata Rudi pada Kontan.co.id, Jumat (2/12).
Baca Juga: BTN Sudah 3 Tahun Menghindari Penyaluran Kredit Konstruksi Apartemen
Bank Mandiri melihat tren bekerja dari rumah atau WFH di masa pandemi Covid-19 juga turut menurunkan permintaan properti perkantoran. Hal serupa dapat dijumpai pada sektor developer apartemen yang juga mengalami kelebihan pasokan dan penurunan permintaan akibat pandemi Covid-19.
Sedangkan properti pusat perbelanjaan mulai menunjukkan peningkatan pengunjung dan sudah kembali ke level pre-pandemi untuk beberapa lokasi seiring dengan peningkatan mobilitas masyarakat.
Per September 2022, total pembiayaan Bank Mandiri ke sektor properti investasi atau pembiayaan pada perkantoran, mall dan apartemen mencapai Rp 18,34 triliun. Rudi bilang, angka tersebut masih tumbuh dua digit dibanding periode yang sama tahun lalu atau secara year on year (YoY).
Baca Juga: Kredit Konstruksi Apartemen Sedang Dihindari Bank, Kenapa?
Adapun rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) Bank Mandiri di sektor properti investasi menurut Rudi masih terjaga dengan baik dan menunjukkan tren perbaikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dengan pencadangan yang masih mencukupi.
Seperti diketahui, kondisi pasar apartemen di Indonesia terus menunjukkan perlambatan sejak memasuki pandemi Covid-19. Hal ini menjadi perhatian perbankan dalam menyalurkan pembiayaan dalam pembangunan gedung-gedung apartemen.
Penurunan penjualan properti ditunjukkan dari Colliers Indonesia. Konsultan properti ini mencatat penjualan apartemen sejak awal tahun hingga September 2022 baru mencapai 782 unit. Tren penurunan penjualan apartemen disebut sudah terjadi sejak 2015 dan kemudian diperparah oleh pandemi Covid-19.
Data Colliers menunjukkan permintaan apartemen pada 2019 mencapai 5.000 unit, lalu pada 2020 turun menjadi sekitar 2.000 unit, dan pada 2021 hanya mencapai sekitar 1.000 unit. Adapun pada tahun 2015, permintaannya lebih dari 10.000 unit. Lalu pada tahun 2016 berada di kisaran 8.000-10.000 unit, tahun 2017 menjadi 8.000 unit, pada 2018 mendekati 6.000 unit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News