Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tahun 2020 sesuai proyeksi banyak pihak. Perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang mencuat sejak Maret 2020 membuat laba bersih Bank Mandiri tergerus cukup dalam.
Penurunan pendapatan bunga dan meningkatnya pencadangan guna mengantisipasi resiko kredit jadi penyebab keuntungan perbankan pelat merah ini di tahun lalu tertekan.
Sekedar mengingatkan, sepanjang tahun lalu, Bank Mandiri hanya mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 17,1 triliun. Realisasi ini turun 37,71% dibanding tahun sebelumnya (yoy). Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) Bank Mandiri juga turun 0,91% ke level 4,65%.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan, sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang terdampak pandemi Covid-19. Dampak yang paling mencolok terjadi pada bank-bank besar. Itu yang menjadi penyebab laba bersih Bank Mandiri turun signifikan tahun lalu.
Baca Juga: Masih lakukan kajian, Bank Mandiri tak mau latah masuk bank digital
Menurut dia, kinerja Bank Mandiri dapat dijadikan acuan bagaimana kinerja perbankan besar lainnya seperti BRI, BCA dan perbankan BUKU 4 lainnya.
Sementara prospek bank-bank ini ke depan diperkirakan akan tergantung pada kondisi pandemi Covid-19.
"Bila vaksinasi berhasil dan penambahan kasus berkurang signifikan sehingga ekonomi dan sektor usaha kembali membaik, maka kinerja bank besar akan kembali membaik, paling tidak di kuartal ketiga atau kuartal keempat tahun 2021," jelas Trioksa pada Kontan.co.id, Kamis (28/1).
Selain laba bersih, pendapatan bunga bersih Bank Mandiri turun 4,93% menjadi Rp 59,4 triliun di 2020. Namun, pendapatan berbasi fee dan komisi atau fee based income (FBI) Bank Mandiri masih bisa tumbuh 4,9% ke Rp 28,7 triliun yang ditopang oleh pendapatan dari transaksi online.
Frekuensi transaksi aplikasi Mandiri Online tahun lalu memang meningkat pesat di tengah pandemi mencapai 600 juta transaksi dengan nilai Rp 1.000 triliun lebih.
Perlambatan ekonomi membuat Bank Mandiri sulit melakukan ekspansi tahun lalu karena permintaan kredit lesu dan fokus menyelamatkan debitur terdampak Covid-19. Akibatnya, penyaluran kredit perbankan ini kontraksi1,61%. Sedangkan likuditas Bank Mandiri sangat longgar ditandai dengan penghimpunan Dana Pihak Ketiga yang tumbuh 12,24% yoy
Darmawan Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri mengakui tahun 2020 merupakan tahun yang sulit. Namun, menurutnya kinerja yang ditorehkan perbankan BUMN ini masih cukup sehat di tengah fokusnya menyelamatkan debitur terdampak Covid-19 lewat restrukturisasi kredit.
"Ke depan, kami akan menjaga efisiensi baik dari biaya dana dan operasional, serta melakukan penajaman strategi bisnis," kata dia dalam paparan kinerja, Kamis (28/1).
Belum pulihnya permintaan kredit tahun lalu diseimbangkan Bank Mandiri dengan memacu efisiensi, baik dari penurunan cost of fund maupun penghematan biaya operasional. Bank Mandiri berhasil menurunkan cost of fund sebesar 33 bps yoy menjadi 2,53% sedangkan biaya operasional hanya tumbuh 1,42% dibanding tahun sebelumnya 6,68%.
Baca Juga: Ini hasil kinerja Bank Mandiri pada tahun 2020 dan rencana bisnis di tahun ini
Mengingat belum berakhir pandemi Covid-19, Bank Mandiri akan fokus menjaga kualitas aset tahun ini. Sigit Pratowo Direktur Keuangan Bank Mandiri mengatakan, NPL akan di rentang 3%-3,5% tahun ini.
Bank Mandiri memperkirakan NPL akan turun tahun ini lantaran tren restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 sudah melandai sejak tiga bulan terakhir tahun lalu. Hingga akhir Desember 2020, realisasi restrukturisasi kredit mencapai Rp 123,4 triliun dengan jumlah debitur 543.758. Sebanyak Rp 33,9 triliun merupakan debitur UMKM dengan jumlah 336.819 debitur
Dari monitoring yang dilakukan perseroan, kredit yang direstrukturisasi yang masih beresiko tinggi dan berpotensi turun kasta ke dalam kategori NPL hanya sekitar 10%-11%. Dari jumlah tersebut, Bank Mandiri juga telah melakukan antisipasi dengan menyiapkan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sejak tahun lalu.
Sementara kredit ditargetkan akan hanya tumbuh single digit dan NIM akan dijaga sekitar 4,6%-4,8%. Bank Mandiri akan berupaya menurunkan biaya dana mendekati 2%, turun dari 2,5% pada akhir 2020. Sementara DPK ditargetkan tumbuh 6%-7% dengan rasio dana murah bakal dijaga sekitar 68%-69%.
Selanjutnya: Bisnis wealth management bank meningkat di tengah pandemi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News