Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus mematangkan rencana konsolodasi bank-bank pelat merah. Konsolidasi ini baik di sisi operasional juga hingga bisnis bank.
Kerjasama ini bisa dimulai dari infrastruktur bank. Misalnya, konsolidasi mesin anjungan tunai mandiri (ATM) dan juga electronic data capture (EDC).
Deputi Bidang Jasa Usaha Kementerian BUMN Gatot Trihargo menargetkan, kesepakatan skema pembagian beban biaya dan jaringan terkait konsolidasi ATM/EDC bank-bank BUMN ini, bisa rampung pada tengah tahun mendatang.
Direktur Consumer Banking PT Bank Mandiri Tbk, Hery Gunardi mengungkapkan, bank-bank BUMN saat ini masih dalam tahap koordinasi internal dan antar bank BUMN untuk model bisnis dan mekanisme konsolidasinya. "Kami harapkan implementasinya akan mulai dilakukan tahun ini," kata Hery kepada KONTAN, Senin (13/4).
Hery menambahkan, konsolidasi mesin EDC antar bank pelat merah terus berjalan. Diharapkan, konsolidasi EDC ini akan menjadi awal model kerjasama infrastruktur electronic banking (ebanking) bagi perhimpunan bank-bank milik negara (Himbara).
Konsolidasi ATM dan EDC ini, kata Hery, secara umum tentu akan memberikan pengaruh efisiensi berupa penghematan dalam investasi infrastruktur. Contohnya, EDC link yang sudah berjalan antara Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Negara Indonesia (BNI).
"Satu mesin EDC bisa di share oleh tiga bank. Ini tentu lebih baik dari pada masing-masing bank memiliki mesin EDC sendiri-sendiri," jelasnya.
Meski begitu, Hery belum dapat merinci besaran penghematan yang bisa didapat dari upaya efisiensi terkait konsolidasi ATM dan EDC ini. Sebab, kata Hery, penghitungan efisiensi biaya baru bisa dilakukan jika model bisnis konsolidasi telah ditentukan.
"Setelah model bisnis ditentukan akan bisa diperoleh besaran angka penghematan investasi," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News