Reporter: Nina Dwiantika, Roy Franedya, Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Roy Franedya
JAKARTA. Belum pulihnya ekonomi global, gejolak nilai tukar rupiah dan melemahnya permintaan komoditas, menjadi alasan perbankan membatasi penyaluran kredit valuta asing (valas). Perbankan lebih memilih menjaga likuiditas valas sebagai antisipasi.
Lihat saja Bank Mandiri. Per semester I-2013, bank dengan aset terbesar di Indonesia ini menyalurkan kredit valas sekitar Rp 53 triliun atau tumbuh 17,1% dibandingkan tahun lalu, Rp 46 triliun. Adapun dana pihak ketiga valas tumbuh 32%. Kenaikan ini karena Mandiri banyak menerima dana dari eksportir.
Direktur Keuangan Bank Mandiri, Pahala Nugraha Mansury, mengatakan kredit valas Mandiri mengalir ke sektor yang berpendapatan valas dan mendatangkan valas seperti perusahaan minyak dan gas, manufaktur dan perkebunan. "Kami akan menjaga pertumbuhan kredit valas dikisaran 15% - 17% dan rasio intermediasi atau loan to deposit ratio (LDR) di bawah 80%," ujarnya, Senin (29/7). Per Juni LDR valas Mandiri mencapai 65%.
Bank BNI mengayunkan langkah serupa. Bank berlogo angka 46 ini memilih menyalurkan kredit valas secara selektif dan meningkatkan penyaluran kredit rupiah. Per Juni 2013, porsi kredit valas BNI hanya 12% dari total kredit Rp 222,65 triliun. Porsi ini menurun dibandingkan dua tahun lalu, yakni 16%.
Direktur Keuangan BNI, Yap Tjay Soen, mengatakan kredit valas BNI diberikan ke nasabah yang memiliki track record baik dan sudah dikenal. Selain itu, penyaluran kredit valas juga dilakukan cabang luar negeri. "Soal likuiditas valas kami tidak masalah. Kami pernah sudah menerbitka obligasi valas dan dananya digunakan cabang di luar negeri," ujarnya.
Yap menambahkan, demi kehati-hatian, BNI berusaha menjaga LDR valas di bawah 70% dan porsi sumber dana valas 15% dari total dana pihak ketiga (DPK). Per Semester I 2013, LDR valas BNI mencapai 69% atau turun dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 88%. Adapun total DPK mencapai Rp 263,82 triliun atau tumbuh 8,7%.
Presiden Direktur Bank Internasional Indonesia (BII), Dato Khairussaleh Ramli, mengatakan di semester II pertumbuhan kredit valas lebih tinggi ketimbang semester I. Di semester II, perusahaan berusaha memacu produksi kembali ke tingkat normal. "Kami siap menyalurkan kredit valas, karena LDR kami masih 30%," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News