Reporter: Issa Almawadi | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Bank Nusantara Parahyangan (BNP) tengah berupaya menahan laju bisnisnya di tahun ini, khususnya dalam enam bulan pertama. Langkah yang dilakukan bank dengan sandi saham BBNP terkait proses konsolidasi pengawasan internal dan reprofiling atau penataan ulang kredit.
Menurut Mario Yahya, Sekretaris Perusahaan BNP, rencana bisnis yang sudah disampaikan ke pihak otoritas tersebut diharapkan bisa meningkatkan, memperbaiki, dan menyempurnakan tata kelola perusahaan BNP. "Jadi, untuk semester I tahun ini kami tidak tumbuh. Nanti untuk semester II, akan kami tentukan setelah kuartal I," terang Mario kepada KONTAN, Rabu (21/1).
Secara umum, Mario bilang, BNP lebih cenderung tidak agresif dan melakukan perubahan segmen kredit dari yang besar-besar (korporasi) ke kelas yang lebih menengah (UKM). Hal itu, lanjut dia, sejalan dengan langkah BNP untuk melakukan sebaran risiko.
Sejauh ini sebagian besar atau sekitar 50% lebih portofolio kredit BNP sudah mengalir ke sektor usaha kecil dan menengah (UKM). "Mayoritas dari sektor perdagangan dan masih dominan di wilayah Jawa Barat," jelas Mario.
Selain itu, bank yang berpusat di Bandung ini belum memiliki rencana untuk meningkatkan permodalan. Apalagi, kata Mario, saat ini level rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) BNP masih berada pada kisaran 16% lebih.
Sementara, BNP masih akan mengandalkan pendanaan dari dana pihak ketiga (DPK). Saat ini, sebagian besar DPK BNP masih didominasi deposito. "Deposito masih sekitar 70%, sisanya tabungan dan giro. Tapi, kami terus upayakan pendanaan DPK ke arah yang memiliki biaya rendah," imbuh Mario.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News