Reporter: Adrianus Octaviano, Rilanda Virasma | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank tengah bersiap menerbitkan obligasi di awal paruh kedua tahun ini. Aksi korporasi ini dilakukan guna menopang ekspansi kredit, optimalisasi struktur pendanaan, hingga mendukung pembiayaan berkelanjutan.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk misalnya. Bank para wong cilik ini telah menawarkan obligasi berwawasan sosial pada 24 Juni kemarin. BRI membidik himpunan dana sebesar Rp 5 triliun.
Dananya bakal digunakan untuk membiayai proyek-proyek sosial seperti akses terhadap layanan esensial, perumahan terjangkau, dan pengurangan pengangguran.
Ada pula Bank BSI yang baru menerbitkan sukuk berkelanjutan senilai Rp 3 triliun. Dana yang dihimpun akan digunakan untuk membiayai sektor berkelanjutan dalam segmen UMKM.
Bank Victoria juga membidik pendanaan sebesar Rp 1,5 triliun lewat penerbitan obligasi berkelanjutan. Masa penawarannya berakhir 2 Juli ini. Dananya akan digunakan untuk mendukung modal kerja, terutama dalam pengembangan usaha melalui penyaluran kredit.
Begitupun Bank OCBC NISP yang menerbitkan obligasi berkelanjutan senilai Rp 1,5 triliun. Obligasi ini telah dijajakan sejak 26 hingga 30 Juni 2025. Serupa Bank Victoria, dananya akan digunakan untuk penyaluran kredit.
Baca Juga: BTN akan Menerbitkan Obligasi Rp 2 Triliun hingga Rp 4 Triliun pada Semester II-2025
Bank BNI pun digadang-gadang akan menerbitkan obligasi. Namun, belum diketahui besaran dana yang akan dijaring dan kapan masa penawaran dilakukan.
Tak ketinggalan, Bank Mandiri dan Bank BTN juga mengisyaratkan penerbitan obligasi dalam waktu dekat. Hal ini diketahui lewat rencana kedua bank tersebut untuk mengaudit laporan keuangan kuartal ll 2025.
Direktur Utama Bank BTN, Nixon LP Napitupulu mengungkapkan, BTN berencana menarget dana sebesar Rp 4 triliun.
“Kalau melihat dari rencana bisnis bank, nilainya sekitar Rp 2 triliun hingga Rp 4 triliun,” ujar Nixon, Minggu, (29/6).
Nixon bilang, alasan penerbitan obligasi ini karena akan ada surat utang BTN yang jatuh tempo. Artinya, sebagian dana dari obligasi ini bisa digunakan untuk melakukan refinancing terhadap obligasi tersebut.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, pihaknya saat ini terbuka untuk menerbitkan obligasi. “Kemungkinan ini tetap open namun belum kami tentukan,” ujar Lani.
Baca Juga: Bank OCBC akan Terbitkan Obligasi Sebesar Rp 1,5 Triliun, Berikut Kisaran Bunganya
Tujuannya, lanjut Lani, adalah sebagai alternatif instrumen likuiditas untuk menunjang penyaluran kredit. Namun Lani menekankan, pihaknya juga perlu mempertimbangkan keseimbangan biaya yang akan dikeluarkan dengan manfaat yang akan diterima bank.
Terkait hal ini, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Arinda Izzati mengatakan, ramainya penerbitan obligasi bank tahun ini disebabkan sejumlah faktor.
Pertama, bank membutuhkan pendanaan jangka menengah hingga panjang untuk memperkuat struktur modal dan mendukung ekspansi kredit, terutama pada sektor korporasi, infrastruktur, dan perumahan.
Kedua, ekspektasi pasar bahwa suku bunga acuan Bank Indonesia akan turun mendorong bank untuk segera menerbitkan obligasi sebelum imbal hasil menurun, agar dapat menawarkan kupon yang menarik bagi investor.
“Ketiga, tekanan likuiditas akibat pertumbuhan kredit yang lebih cepat dibandingkan penghimpunan dana pihak ketiga juga mendorong bank mencari alternatif sumber dana,” terang Arinda.
Penerbitan obligasi kata Arinda juga menjadi bagian dari strategi manajemen aset dan liabilitas untuk menyeimbangkan tenor pendanaan dengan penyaluran kredit.
Selain itu, bank-bank besar yang memiliki peringkat kredit tinggi menurut dia juga memanfaatkan momentum ini karena mampu menarik investor dengan biaya dana yang relatif rendah.
Baca Juga: Bank Mandiri (BMRI) Bakal Terbitkan Obligasi Rupiah, Begini Rekomendasi Analis
Ditambah lagi, kondisi pasar obligasi domestik yang mulai stabil dan membaiknya minat investor terhadap surat utang korporasi menjadikan waktu ini strategis bagi bank untuk menghimpun dana lewat obligasi.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan juga sepakat akan hal itu. Di tengah tren suku bunga yang relatif stabil bahkan berpotensi menurun, bank-bank kata Ekky tengah memanfaatkan situasi ini untuk mengunci biaya dana jangka panjang dengan kupon yang relatif menarik.
“Untuk saham bank saat ini sebenarnya relatif harganya cukup murah, namun jika diminta memilih menurut saya BRIS dan BBCA paling menarik, di mana fundamental tetap terjaga di kondisi seperti sekarang,” saran Ekky.
Rekomendasi Ekky, BRIS dapat akumulasi untuk jangka panjang dengan target harga Rp 3.000-3.200, dan BBCA beli di area saat ini Rp 8.600 atau di area Rp 8.000, dengan target jangka panjang Rp 10.000-11.000.
Sementara, Arinda merekomendasikan BMRI dengan target Rp 6.300 dan BBNI dengan target Rp 5.200.
Baca Juga: Jatuh Tempo 20 Juli 2025, BRI Siap Lunasi Pokok Obligasi Hijau Senilai Rp 2 Triliun
Selanjutnya: IHSG Turun 0,49% Hari Ini (2/7), Net Sell Investor Asing Tembus Rp 1,23 Triliun
Menarik Dibaca: Ini 5 Alasan Kenapa Kamu Perlu Proteksi Kehidupan Sejak Dini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News