Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan semakin gencar menyalurkan kredit ke sektor konstruksi. Sejalan dengan pertumbuhan kredit sektor konstruksi, tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pun kian meningkat.
Lihat saja, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2018 dalam statistik perbankan Indonesia (SPI) menunjukan kredit konstruksi tumbuh sangat deras mencapai 18,39% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 277,21 triliun.
Sementara NPL sektor konstruksi juga ikut menanjak menjadi 4,35% per Juni 2018. Posisi NPL tersebut naik cukup tinggi dari capaian periode tahun sebelumnya 4,35%.
Kendati demikian, sejumlah bank menyebut kredit konstruksi memang belum menjadi ujung tombak penopang pertumbuhan kredit. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya, menyebut eksposur kredit perusahaan hanya 2% dari total kredit BCA per Juni 2018 lalu.
Meski begitu, Sekretaris Perusahaan BCA Jan Hendra tak menampik kalau NPL pada sektor ini memang tengah mengalami peningkatan. Sayangnya, bank swasta terbesar di Tanah Air ini tidak dapat merinci besaran NPL konstruksi.
"Secara umum, bila dilihat per sektor. Memang BCA mengalami kenaikan NPL pada sektor konstruksi," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Kamis (23/6).
Dalam upayanya untuk menekan laju NPL, BCA juga telah membentuk sejumlah cadangan yang ditujukan untuk menambal kredit yang bermasalah.
Sebagai gambaran saja, pada akhir kuartal II-2018 lalu, BCA telah menyalurkan kredit sebanyak Rp 494,42 triliun, tumbuh 14% dari capaian tahun sebelumnya Rp 433,6 triliun yoy.
Di lain pihak, Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja justru menyebut NPL sektor konstruksi cenderung stabil di level 1,5%.
"NPL konstruksi relatif terjaga di bawah 1,5% dan proyeksi ke depan juga akan masih relatif stabil," singkat Parwati.
Walau tak dapat merinci besaran kredit yang disalurkan ke sektor ini, bank yang terafiliasi dengan OCBC Group Singapura ini meyakini kredit konstruksi akan terus terus tumbuh.
Bukan hanya pemain besar saja, bank kecil seperti PT Bank Dinar Indonesia Tbk juga ikut masuk ke sektor konstruksi. Direktur Utama Bank Dinar Hendra Lie menyebut, total eksposur kredit konstruksi perseroan sepanjang paruh pertama memang terbilang masih kecil sebesar Rp 200 miliar.
Namun, bila dilirik dari sisi NPLnya, sektor ini praktis tidak memiliki masalah atau masuk dalam kategori kolektabilitas lancar.
"NPL untuk 0% untuk sektor konstruksi, semuanya lancar, kolektibilitasnya lancar," katanya.
Bank Dinar memang sangat selektif dalam penyaluran kredit terutama sektor konstruksi. Pihaknya akan memastikan terlebih dahulu tingkat penjaminan atau kolateral calon debitur yang sesuai dengan resiko pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News