Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Moody's Investor Service menaikkan peringkat sembilan lembaga keuangan di Indonesia ke level Baa2 dari sebelumnya Baa3. Dalam keterangan resmi Moody's, Jumat (13/4), dari sembilan lembaga keuangan tersebut, tujuh diantaranya merupakan perbankan.
Bank yang mendapat kenaikkan peringkat yakni, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Moody's juga merevisi prospek peringkat tujuh bank ini dari positif menjadi stabil.
Tak hanya industri perbankan, Moody's juga telah mengerek peringkat utang Indonesia dari Baa3 dengan outlook positif menjadi Baa2 outlook stabil.
Melalui siaran pers pada Sabtu (14/4), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, hal ini akan berdampak positif mendorong pertumbuhan industri jasa keuangan dan stabilitas perekonomian Indonesia. "Peningkatan rating Moody's akan meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia termasuk di industri jasa keuangan khusus di pasar modal," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso.
Pihak OJK juga meyakini, perbaikan rating Moody's ini menunjukan kepercayaan akan stabilitas sistem keuangan nasional tetap terjaga, di tengah dinamika ekonomi global dan risiko geopolitik yang terjadi saat ini dan ke depan.
Direktur Tresuri dan Internasional Bank Mandiri Darmawan Junaidi sependapat, kenaikan rating oleh Moody's dipastikan akan berdampak positif bagi perekonomian serta kinerja pasar modal Bank Mandiri. "Investor akan lebih meyakini investasi di Indonesia dan akan mendukung upaya terjaganya kestabilan perekonomian untuk pertumbuhan," kata Darmawan kepada Kontan.co.id, Senin (16/4).
Tahun ini, Bank Mandiri masih punya rencana emisi surat utang berupa obligasi sebesar Rp 3 triliun. Lewat kenaikan rating ini, Bank Mandiri yakin aksi korporasi itu akan lebih diterima dengan baik oleh pasar. Hanya saja, bank berlogo pita emas ini masih akan memantau perkembangan pasar dulu. Setidaknya, pada Juni 2018, bank pelat merah ini akan mengkaji ulang rencana penerbitan obligasi tersebut.
BRI juga menyambut positif peningkatan rating oleh Moody's. SEVP Global Treasury BRI Hexana Tri Sasongko menilai, hal ini akan berdampak baik bagi kondisi ekonomi secara makro, terutama korporasi. "Tentu ini kabar yang sangat positif, cost of borrowing turun, credit default juga mestinya ikut turun," tuturnya.
Asal tahu saja, BRI masih berniat merilis surat utang pada tahun ini dengan total nilai Rp 10 triliun. Rinciannya, jatah izin Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) yang belum diterbitkan tahun lalu sebesar Rp 5 triliun-Rp 7 triliun.
Lalu, ada izin emisi yang baru akan diproses pada semester II tahun 2018 untuk kebutuhan ekspansi 2018-2020. Dari izin baru tersebut, setidaknya perseroan akan merilis utang berkisar Rp 3 triliun sampai Rp 5 triliun pada paruh kedua tahun ini.
Sementara, OJK mencatat kinerja intermediasi perbankan pada Februari 2018 masih sejalan dengan siklus awal tahun serta laju pertumbuhan ekonomi. Kredit perbankan Februari 2018 tumbuh sebesar 8,22% year on year (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan pada Januari lalu yakni 7,4%.
Dari sisi penghimpunan dana, dana pihak ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 8,44% yoy, naik tipis dari akhir Desember 2017 yang tumbuh 8,36%. Di sisi lain, rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) gross perbankan pada Februari sebesar 2,88%. Permodalan bank masih relatif kuat dengan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 23,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News