kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BCA siap tingkatkan kredit substitusi impor


Senin, 21 Juli 2014 / 14:59 WIB
BCA siap tingkatkan kredit substitusi impor
ILUSTRASI. Karyawan melintas di depan layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (1/2/2023). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Dalam menyambut Indonesian Bank Expo (IBeX) 2014, PT Bank Central Asia (BCA) mengaku tengah menyiapkan sejumlah produk untuk ditawarkan. Salah satunya adalah produk pembiayaan untuk industri substitusi impor.

Sayangnya Henry Koenaifi, Direktur Konsumer BCA masih belum bisa menjelaskan secara detail produk yang akan ditawarkannya itu. “Untuk detailnya saya belum bisa paparkan,” Henry, akhir pekan lalu (18/7).

Saat ini pasar Indonesia banyak dibanjiri oleh barang-barang impor dengan harga yang kompetitif yang berakibat pada lesunya minat dunia usaha untuk mendirikan pabrik.

Untuk itu Henry berharap pemerintah mau mengeluarkan kebijakan yang bisa menyulut perbankan untuk menyalurkan pembiayaan di industri substitusi impor. Salah satunya yaitu dengan menurunkan faktor risiko. Jika faktor risiko menurun, maka jumlah bank yang menyalurkan pembiayaan di industri substitusi impor akan bertambah banyak dan besar nilai pembiayaannya.

Menurut Hendry, saat ini ada beberapa industri substitusi impor yang dibiayai oleh BCA. Seperti industri keramik, industri semen dan industri sepatu. "Kalau terus berkembang, pelan-pelan kita akan mengurangi ketergantungan impor. Impor itu sebetulnya tidak salah, tetapi kalau terlalu dominan akan jadi masalah,” ujar Henry.

Sayangnya Henry enggan menyebutkan nilai kredit BCA untuk industri substitusi impor tersebut. Menurutnya volume kredit BCA harus dilihat secara keseluruhan.

BCA juga belum menetapkan target khusus dalam penyaluran kredit untuk industri substitusi impor pada tahun ini. “Kami berusaha tak terlalu fokus di sektor tertentu sehingga menimbulkan persoalan,” pungkas Henry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×