Reporter: Maria Nugu | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menganggarkan belanja modal TI untuk tahun 2020 tidak jauh berbeda dengan anggaran 2019, yakni sebanyak Rp 5 triliun hingga Rp 5,2 triliun.
“Sekitar Rp 5 triliun totalnya termasuk cabang tambahan, ATM baru, setor-tarik yang baru dapat rekor MURI untuk 6.888 mesin paling banyak untuk ATM tarik-setor,“ papar Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, Sabtu (23/11).
Baca Juga: Canggih, kredit bank lewat platform digital mengalir makin deras
Sementara itu, ia menyebut transaksi digital lebih diminati nasabah bank swasta terbesar itu. Hal ini ditunjukkan oleh dominasi transaksi menggunakan m-banking dan internet banking di BCA kini mencapai 75% dari total transaksi.
“Transaksi di cabang dulu 17% sekarang tinggal 1,8%. ATM dulu 71% sekarang 17%, jadi memang perubahannya drastis," ungkap dia.
Kendati di saat banyak bank yang berbondong-bondong memangkas keberadaan kantor cabang dan memfokuskan layanan kepada nasabah secara digital, BCA justru tetap berencana akan menambah kantor cabang baru di tahun depan.
“Penambahan cabang kira-kira 20 dan penambahan agen-agen bank ratusan dengan model lakupandai akan berjalan terus,” kata Jahja.
Hal ini menurut Jahja lantaran kebutuhan uang tunai yang belum bisa tergantikan dengan sistem digital saat ini.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham perbankan usai BI menurunkan GMW
Hermawan Tendean, Senior Executive Vice President Strategic Information Technology BCA juga menambahkan BCA kini tengah menggarap infrastruktur untuk rencana open banking tahun depan.
“Di 2020 nanti kami akan persiapkan infrastruktur untuk open banking karena ke depannya yang namanya data akan lebih banyak perpindahan data antara banking dengan fintech jadi kami persiapkan dulu infrastrukturnya supaya open banking itu berjalan dengan baik,” jelas Hermawan.
Hermawan menerangkan kerja sama dengan fintech perihal data customer, jika ada fintech yang membutuhkan data customer BCA akan berbagi selama diizinkan nasabahnya.
“Yang paling penting dalam perindahan data adalah keamanannya, apakah diizinkan atau tidak dan data-data apa saja yang boleh di-share, kebutuhannya untuk apa,” tambah dia.
Baca Juga: Ini yang membuat BI dan OJK memangkas proyeksi pertumbuhan kredit tahun ini
Perihal uang elektronik berbasis server bank yang kian tertinggal, Jahja mengungkapkan mereka memang tidak terlalu berfokus pada Sakuku yang merupakan emoney BCA.
“Sakuku BCA berada di nomor 8 dan kami tidak terlalu fokus di Sakuku, namun kami memfasilitasi platform kami di mana OVO, GoPay semuanya bisa bertransaksi di BCA jadi itu lebih menguntungkan daripada kami hanya melakukannya lewat Sakuku,” tutup Jahja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News