Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir tahun, bank cenderung memperkuat modal agar dapat menunjang rencana ekspansi pada tahun berikutnya. Tanpa terkecuali perbankan syariah. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk misalnya. Pada pekan lalu, para pemegang saham pelopor bank syariah ini menyetujui rencana penambahan modal lewat skema rights issue senilai Rp 2 triliun.
Dana tersebut sekaligus mengubah susunan kepemilikan perseroan menjadi milik konsorsium Ilham Habibie menjadi 60%. Penambahan modal ini memang sudah sejak lama direncanakan oleh Bank Muamalat untuk dapat mendorong ekspansi terutama pembiayaan.
Namun, berbeda dengan Bank Muamalat. Sejumlah bank syariah lain yang dihubungi Kontan.co.id, justru tak berencana memperkuat modalnya kembali hingga akhir tahun 2018. PT Bank BNI Syariah, misalnya, menilai sejauh ini posisi rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) sudah cukup tebal untuk menopang kebutuhan ekspansi.
Sebabnya, per Agustus 2018 lalu BNI Syariah mencatatkan total modal mencapai Rp 4,1 triliun. Jumlah tersebut tercatat mengalami peningkatan sebanyak 49,2% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,7 triliun atau year on year (yoy).
Lagipula, Direktur BNI Syariah Dhias Widhiyati menyebut pada akhir tahun 2017 lalu BNI Syariah telah mendapatkan suntikan modal dari induk yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) sebanyak Rp 1 triliun.
"Pertumbuhan modal tersebut diperoleh dari suntikan modal BNI induk sebesar Rp 1 triliun pada akhir tahun 2017 dan tambahan dari laba ditahan," tuturnya kepada Kontan.co.id, Jumat (12/10) lalu.
Dhias melanjutkan, posisi capital adequacy ratio (CAR) perseroan juga terbilang aman di level 18,6% per Agustus 2018 lalu. Posisi tersebut, menurut Dhias, sudah jauh di atas ketentuan CAR minimal 9,4% yang dipasang oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Tingkat permodalan BNI Syariah masih relatif aman dan memadai untuk menunjang ekspansi pembiayaan," sambungnya.
Adapun, sampai dengan pengujung 2018, BNI Syariah mematok pembiayaan untuk tumbuh di atas 15%. Dus, apabila target tersebut tercapai, setidaknya pada akhir tahun 2018 CAR BNI Syariah masih akan ada di atas 17%.
Selain BNI Syariah, PT Bank BCA Syariah juga menyebut tidak akan mendapatkan suntikan modal baru dari pemegang saham yakni PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tahun ini.
Alasannya, Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih menyatakan posisi CAR perseroan masih sangat tebal yakni di atas 24,9% per akhir September 2018 lalu.
Walau bila dibandingkan dengan posisi pada periode yang sama tahun lalu, posisi CAR BCA Syariah cenderung menurun dari level 31,99%.
Di sisi lain, total ekuitas BCA Syariah juga masih cukup yakni sebesar Rp 1,2 triliun.
"CAR masih memadai untuk ekspansi dan untuk tahun depan juga demikian. Kondisi CAR stabil dan cukup untuk menopang pertumbuhan," tutur John.
BCA Syariah sendiri pada tahun ini mematok pertumbuhan pembiayaan dapat terdorong setidaknya di level 15% sampai 18%.
Kendati posisi modal masih memadai untuk memenuhi kebutuhan ekspansi hingga tahun depan. John tak menutup kemungkinan BCA Syariah bakal mendapat suntikan modal. Namun, hal tersebut tergantung pemegang saham sekaligus kondisi perekonomian.
"Kalau ekspansi ngebut juga bisa butuh (modal) lebih cepat. Lihat kondisi juga," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News