Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT BCA Syariah memutuskan tidak merevisi rencana bisnis bank (RBB) yang sudah ditetapkan sebelumnya meski tantangan perbankan masih berat, terutama dengan adanya kebijakan PPKM darurat. Perseroan masih optimis target-target yang sudah dipasang tetap bisa tercapai hingga akhir tahun.
Dari sisi pembiayaan, BCA Syariah menargetkan pertumbuhan sekitar 3%-8% tahun ini. Sedangkan laba dan aset ditargetkan bisa tumbuh sekitar 8%-10%. Adapun capaian perseroan sepanjang semester I masih cukup solid dimana pembiayaan masih tumbuh 3,5% secara year on year (YoY) menjadi Rp 5,9 triliun dan laba bersih tumbuh 23,08 % YoY menjadi Rp 34,4 miliar.
Presiden Direktur BCA Syariah Yuli Melati Suryaningrum mengatakan, tantangan ke depan masih ada karena dampak Covid-19. Tantangan tersebut baik dari permintaan pembiayaan dan juga dari sisi mobilitas.
Baca Juga: Gandeng Investree, Bank Jago salurkan pembiayaan Rp 100 miliar bagi UMKM
Namun, menghadapi tantangan tersebut, perseroan terus melakukan inovasi dengan meningkatkan digitalisasi, bersinergi dengan induknya dan intens memantau perkembangan sektor-sektor usaha. "Oleh karena itu, kami tidak melakukan revisi RBB karena manajemen menilai angka-angkanya masih bisa dicapai," ujar Yuli dalam konferensi pers paparan kinerja semester I 2021, Jumat (6/8).
Direktur BCA Syariah Rickyadi Widjadja mengatakan, saat ini porsi pembiayaaan perseroan paling besar masih di segmen komersial dan korporasi yakni mencapai sekitar 75%-76%. Sementara UMKM baru mencapai sekitar 20%. Sisanya berasal dari segmen konsumsi.
Ke depan, BCA Syariah ingin mendorong peningkatan porsi pembiayaan UMKM dan konsumsi sehingga porsinya segmen komersial dan korporasi diarahkan bisa turun ke bawah 70%. "Saat ini, kami telah memiliki beberapa pipeline pembiayaan di segmen UMKM sehingga persentase segmen komersial dan korporasi," kata Rickyadi.
Sementara strategi perseroan dalam mencapai target pembiayaan sampai akhir tahun masih akan fokus membidik sektor usaha yang masih prospektif, berupaya mempertahankan nasabah eksisting dengan tetap menjaga komunikasi yang baik, dan juga mencoba melakukan take over nasabah dari bank lain.
Baca Juga: Per Juni 2021, outstanding pinjaman online capai Rp 23,38 triliun
Untuk segmen korporasi, industri yang menjadi fokus pembiayaan perseroan adalah perdagangan besar dan eceran, perantara keuangan dan industri pengolahan.
Adapun strategi perseroan dalam melakukan pembiayaan korporasi adalah lewat skema supply chain dari nasabah komersial dan korporasi. "Kami memberikan pembiayaan kepada plasma atau petani dari debitur perkebunan besar misalnya. Strategi ini juga salah satu upaya untuk menjaga kualitas kredit di segmen ini," pungkas Ricky.
Selanjutnya: LPS siap turunkan bunga penjaminan simpanan agar orang-orang kaya kembali belanja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News